Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Putri Steven Spielberg Ingin Jadi Bintang Porno

26 Februari 2020   09:01 Diperbarui: 26 Februari 2020   09:07 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mikaela Spielber (kanan) | sumber: https://www.the-sun.com/

Sebut saja industri pornografi di Jepang. Di Negeri Sakura ini, pornografi sudah menjadi hal yang biasa. Profesi sebagai bintang porno bukan lagi hal yang aneh dan tabu.

Yang terjadi justru sebaliknya. Bintang porno di Jepang malah memperoleh popularitas yang besar. Mereka pun mendapat perlakuan yang sama dengan pekerja seni lainnya.

Bintang porno juga bisa "dicomot" dari berbagai latar belakang. Saya ingat sebuah film Jepang yang berjudul A Bride For Rip Van Winkle. Film yang dirilis pada tahun 2016 ini sempat menyinggung kehidupan seorang bintang porno bernama Mashiro Satonaka.

Di dalam film tersebut, Mashiro digambarkan sebagai seorang bintang porno yang kariernya stagnan. Awalnya ia hanyalah orang biasa. Pada suatu hari, ia memilih menjadi bintang porno karena membutuhkan penghidupan yang layak.

Hal ini bisa dipahami karena industri pornografi menawarkan honor besar dalam waktu singkat. Dengan menekuni profesi sebagai bintang porno, Mashiro tak hanya berharap bisa terkenal, tetapi juga berlimang harta.

Sayangnya, kehidupan mapan yang dicita-citakan Mashiro hanya menjadi mimpi belaka. Sebab, setelah 10 tahun berkarier di dunia pornografi, namanya belum juga "bersinar". Kehidupannya pun begitu-begitu saja, malah bertambah buruk setelah ia terkena penyakit mematikan.

Kalau kariernya "metok" begitu, mengapa Mashiro tidak kembali ke kehidupan normal dan memilih profesi lain? Sepertinya itu adalah pilihan yang sulit diambil. Pasalnya, setelah memilih karier sebagai bintang porno, keluarganya memutuskan mengucilkannya.

Seperti Steven Spielberg, keluarga Mashiro merasa malu karena mempunyai anak yang berani telanjang di depan kamera. Bahkan, setelah kematiannya pun, keluarganya masih enggan mengakuinya. Sebuah akhir yang tragis, bukan?

Biarpun hanya sebuah film, bukan berarti tidak ada realitas yang ditampilkan di dalamnya. Film A Bride For Rip Van Winkle boleh jadi memotret sebuah realitas tersembunyi di balik industri pornografi di Jepang. Film ini mengangkat "secuil" kehidupan bintang porno dan stigma yang melekat pada dirinya, dan bukan mustahil, cerita serupa bisa terjadi kehidupan nyata.

Sayangnya, walaupun ceritanya umumnya berakhir sedih, seperti yang dialami Mashiro, industri pornografi tampaknya akan terus bertumbuh. Pasalnya, ada banyak pihak yang menggantungkan hidup di dalamnya.

Tak hanya bintang porno, tetapi rumah produksi juga memperoleh pundi-pundi yang besar dari bisnis ini. Artinya, selama mendapat izin dari pemerintah, industri ini akan tetap menggeliat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun