Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama FEATURED

Kiat Membeli "Perusahaan Franchise" dengan Harga yang Wajar

30 Januari 2020   09:01 Diperbarui: 22 September 2021   08:00 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sebuah toko waralaba. (sumber: unsplash.com/@tmwd/Artem Gavrysh)

Selain itu, saham yang valuasinya sudah mahal cenderung susah naik harganya. Kalau kinerja perusahaan terus moncer pada periode berikutnya, hal itu tentu tidak jadi soal.

Namun, jika yang terjadi justru sebaliknya, bisa-bisa harga sahamnya turun, dan modal yang ditanamkan investor jadi "nyangkut". Oleh sebab itu, lebih baik, investor menunggu sampai harga sahamnya turun, sehingga valuasinya menjadi wajar, baru kemudian membeli saham tersebut.

Biarpun bisa mengurangi risiko, bukan berarti keputusan tersebut memberi investor lebih banyak keuntungan. Sebab, walaupun sudah ditunggu sekian lama, belum tentu harga sahamnya akan turun. Bisa saja, yang terjadi justru sebaliknya.

Hal itulah yang sempat saya alami pada tahun lalu. Saya ingat, pada pertengahan tahun 2019, IHSG sedang dibuat "galau" oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Biarpun secara fundamental masih baik, mayoritas harga saham, termasuk BBCA, ikut tertekan. Alhasil, saham BBCA pun sempat terjerembab ke harga Rp 29 ribuan.

Seorang teman kemudian mengirim pesan whatshap kepada saya. Ia menyarankan saya untuk segera membeli saham BBCA karena harganya sudah "murah".

ilustrasi perusahaan franchise (sumber: https://www.merchantmaverick.com/)
ilustrasi perusahaan franchise (sumber: https://www.merchantmaverick.com/)

Namun, saya enggan "menyerok" saham tersebut di harga segitu karena merasa bahwa valuasinya masih kemahalan. Saya memutuskan menunggu, seraya berharap harganya turun hingga Rp 25 ribuan. Pada saat itulah, saya anggap harganya sudah wajar, dan saya akan membelinya.

Hasilnya? Alih-alih jatuh, harga saham BBCA kemudian malah "lepas landas"!

Akibat melewatkan kesempatan tadi, saya jelas telah mengalami kerugian yang disebut "loss oportunity cost". Saya memang tidak rugi dari segi materi, tetapi dari segi waktu, iya. Ah, andaikan dulu saya memutuskan membeli sahamnya, tentu sekarang saya sudah menikmati "cuan" yang lumayan!

Perusahaan Franchise

Jika kita melihat kinerjanya dari tahun ke tahun, Bank BCA boleh disebut sebagai "perusahaan franchise". Istilah ini sejatinya dipopulerkan oleh Warren Buffett. Buffett menggunakan istilah ini untuk menggambarkan sebuah perusahaan yang berfundamental bagus dan mampu bertahan lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun