Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Income Investing, Jurus Mengail "Cuan" dari Pembagian Dividen

29 November 2019   09:01 Diperbarui: 29 November 2019   10:47 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi IHSG |Sumber: Kompas/Heru Sri Kumoro

Biarpun pasar saham sedang "kembang-kempis", setidaknya investor bisa sedikit "bernapas lega" karena beberapa perusahaan memutuskan membagikan dividen interim jelang akhir tahun. Jumlah perusahaan yang memberikan dividen pada periode ini memang terbilang sedikit, hanya puluhan saja.

Nominal dividennya pun lebih kecil daripada nominal dividen yang dibagikan pada pertengahan tahun. Hal itu tentu bisa dimaklumi karena laba yang diterima perusahaan belum maksimal, sehingga dividen yang disetorkan pun hanya separuhnya.

Sebetulnya tidak ada kewajiban bagi perusahaan untuk menyetorkan dividen lebih dari satu kali dalam setahun. Biasanya perusahaan cukup membayar dividen sekali saja, yakni pada pertengahan tahun, karena pemberian dividen secara berlebihan dianggap kurang efektif. Lebih baik dana yang tersedia ditahan dan diputar kembali untuk bisnis, sehingga perusahaan bisa bertumbuh lebih baik pada masa depan.

Meski begitu, saya cukup beruntung bahwa perusahaan yang sahamnya saya beli ternyata menyetorkan dividen pada bulan ini dan bulan depan. "Berkah" ini terjadi tanpa disengaja. Sebab, niat awal saya saat membeli saham perusahaan itu adalah untuk memperoleh capital gain, bukan dividen.

Hal itu perlu dipahami karena saya kurang begitu tertarik mengincar dividen. Selain potongan pajak yang besar, yakni 10%, saya juga pernah terkena "dividen trap".

Ilustrasi Dividen (sumber: https://economy.okezone.com)
Ilustrasi Dividen (sumber: https://economy.okezone.com)
Pada waktu itu, saya tertarik membeli sebuah saham karena ingin memperoleh dividen yang akan dibagikan dalam waktu dekat. Tanpa pertimbangan yang matang, saya langsung membeli beberapa puluh lot.

Saya berharap tak hanya keuntungan berupa dividen, tetapi juga capital gain karena biasanya harga saham akan naik jelang cum date.

Namun, yang terjadi justru di luar harapan saya. Alih-alih naik, harga saham tersebut malah menyusut karena situasi pasar saham yang sedang "goyang"!

Pada akhirnya, saya memang mendapat dividen, tetapi jumlahnya tidak sebanding dengan capital loss yang saya terima.

Saya sudah salah membikin perhitungan. Saya sudah terjebak oleh "rayuan" dividen yang nominalnya kecil dan mesti menjual saham dalam posisi rugi.

Income Investing
Walaupun bisa menjebak, ada juga investor yang justru menjadikan pembagian dividen sebagai strategi investasi. Strategi ini dinamakan "income investing".

Investor yang mengandalkan strategi ini umumnya punya modal yang besar (baca: bandar) dan berharap mendapat uang secara rutin setiap tahun dari dividen.

Tentu saja, saham yang dipilih pun bukan saham sembarangan. Investor umumnya memilih saham yang sudah mapan dan rajin membagikan dividen.

Alasannya? Karena perusahaan mapan biasanya punya arus kas yang tebal. Jenis perusahaan ini adalah penguasa pasar yang malas melakukan ekspansi. Daripada memboroskan uang untuk melakukan ekspansi yang belum teruji, lebih baik uang yang tersedia dibagikan kepada pemegang saham.

Saham Unilever Indonesia (UNVR) termasuk jenis ini. Saat tulisan ini dibuat, Unilever mengumumkan akan membagikan dividen sebesar 3,28 triliun rupiah kepada para pemegang sahamnya.

Jumlah dividen yang fantastis bukan? Saat perusahaan lain "hanya" membagikan dividen sebesar miliaran rupiah, unilever berani menyetorkan triliunan rupiah!

Hal itu bisa terjadi karena selama bertahun-tahun, Unilever telah menjadi pemimpin pasar di sektor consumer goods. Selain itu, perusahaaan ini juga mampu mencetak laba jumbo, yakni di atas 80%, sehingga dapat menyetorkan hampir seluruh labanya!

Investor yang menerapkan strategi "income investing" menyukai saham jenis ini. Investor tersebut tidak terlalu peduli pada fluktuasi harga pada saat ini.

Asalkan bisa memperoleh dividen besar secara rutin, investor berani membeli saham tersebut, dan terus menyimpannya dalam jangka panjang.

Berbeda dengan perusahaan lawas, perusahaan yang masih muda umumnya sedikit membagikan dividen. Bukan karena manajemennya pelit, melainkan karena ingin menggunakan laba usaha untuk melakukan ekspansi.

Kalau ekspansinya sukses, perusahaan nanti bisa berkembang dengan baik. Harga sahamnya akan naik, dan para pemegang sahamnya akan jauh lebih sejahtera.

Makanya, dividend yield yang ditawarkan perusahaan jenis ini terbilang kecil, 1-2%. Dividend yield adalah hasil bagi antara jumlah dividen dan harga saham. Semakin besar yieldnya, semakin menarik saham tersebut.

Nominal itu jelas jauh di bawah deposito perbankan, sehingga saham dari perusahaan ini belum tentu cocok dengan strategi "income investing".

Meski begitu, saya sejatinya tidak terlalu keberatan dengan jumlah yield yang kecil. Asalkan dari tahun ke tahun, jumlah dividen yang dibagikan bertambah besar, saya mempertimbangkan membeli saham tersebut.

Alasannya sederhana. Peningkatan nominal dividen mencerminkan bahwa perusahaan bertumbuh dengan baik.

Biarpun sekarang masih kecil nilainya, seiring dengan perkembangan perusahan beberapa tahun ke depan, persentase yield nya bisa meningkat menjadi 3% dan seterusnya.

Warren Buffett menilai bahwa perusahaan yang suka membagikan dividen secara teratur adalah perusahaan yang dikelola dengan baik. Sudah semestinya saham dari perusahaan ini dibeli dan disimpan dalam waktu yang lama.

Apalagi kalau jumlah saham yang dimiliki banyak. Boleh jadi, nominal dividen yang diterima pun lebih besar dan bisa bertambah pada tahun-tahun berikutnya.

Kalau hal itu terjadi, investor bisa mendapat rezeki dobel. Selain dari capital gain karena harga sahamnya naik, investor juga bisa mendapat bonus dari dividen yang disetorkan secara berkala.

Suatu saat, kalau terus berlanjut, bisa saja, dividen bisa menjadi sandaran hidup, seperti yang dialami oleh Buffett dan investor lainnya.

Salam.

Referensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun