Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pasar Saham Bisa Bikin Investor Tambah Religius?

18 September 2019   09:28 Diperbarui: 19 September 2019   12:45 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berdoa| Sumber: grid.id/K. Tatik Wardayati

Mungkin hal ini terdengar aneh. Namun, setelah cukup lama berkecimpung di dunia saham, saya jadi tambah "religius". Kalau sebelumnya, setiap akhir pekan, saya suka pergi keluyuran ke berbagai tempat, semenjak "berkenalan" dengan saham, saya jadi lebih sering mengunjungi rumah ibadah.

Saya pun lebih khusyuk berdoa, lebih banyak pasrah dan berserah. Saya juga mulai rutin beramal. Jika ada yang memerlukan bantuan dan kebetulan saya bisa membantunya, tanpa pikir panjang, saya langsung mengulurkan tangan.

Sungguh dunia saham yang penuh dengan "drama" sepertinya telah mengerek bobot religiusitas dalam diri saya!

Barangkali di antara pembaca ada yang bertanya, bagaimana perubahan yang signifikan itu bisa terjadi? Bagaimana pasar saham yang konon disebut sebagai instrumen investasi yang sangat berisiko tersebut dapat "mempertebal" keimanan seseorang?

Dengan mantap, saya menjawab, semua itu bisa terjadi karena saham-saham yang saya pegang sedang dalam posisi "nyangkut" alias rugi besar. Hahahaha.

ilustrasi religiusitas (sumber: media.mnn.com)
ilustrasi religiusitas (sumber: media.mnn.com)
Cerita tadi adalah sebuah guyonan yang sering dilontarkan para investor saham. Kalau ada seorang investor saham yang tiba-tiba berubah menjadi lebih kalem, bijaksana, dan alim, padahal sebelumnya tidak demikian, besar kemungkinan, portofolio investasinya sedang "berdarah-darah".

Makanya, jangan heran kalau kemudian investor tersebut lebih rajin berdoa dan beribadah. Mungkin dengan melakukan hal tersebut, harga saham yang dimilikinya diharapkan akan naik kembali dan ia bisa terbebas dari masalah!

Hal itu bisa saja terjadi pada semua investor, termasuk Ellen May. Pada hari Senin kemarin (16/9), saya berkesempatan menyimak kisahnya sewaktu ia mendapat masalah besar akibat krisis ekonomi pada tahun 2008 silam.

Ellen May (sumber: dokkumentasi Adica)
Ellen May (sumber: dokkumentasi Adica)
Di ruang main hall Bursa Efek Indonesia yang megah, Ellen bercerita bahwa pada waktu itu, situasi pasar saham tanah air ibarat "Cerita KKN di Desa Penari": horor! 

Betapa tidak, kejatuhan pasar yang sangat dalam menyebabkan kepanikan yang luar biasa, sehingga para investor "kompak" mengobral sahamnya. Harga saham rontok dengan cepat.

Bahkan, saking paniknya, Ellen berkata sampai sulit menjual sahamnya karena harganya sudah keburu jatuh dan tak ada orang yang mau membelinya!

Peristiwa itu tak hanya "menghanyutkan" semua keuntungan yang didapat Ellen dari investasi sebelumnya, tetapi juga mengguncang kepercayaan dirinya. Pada saat itulah, ia mendadak menjadi lebih religius daripada sebelumnya!

Biarpun menanggung kerugian yang besar, Ellen tidak kapok berinvestasi saham. Pelan-pelan ia menata kembali hidupnya. Ia memeriksa kesalahan yang dilakukannya, menganalisisnya, dan kemudian mengambil pelajaran darinya. 

Setelah semuanya normal, ia kembali menekuni investasi saham dengan strategi yang lebih terukur daripada sebelumnya.

Kini Ellen lebih fokus mencermati topik manajemen risiko dalam berinvestasi saham. Kalau sebelumnya ia lebih memperhatikan analisis teknikal dalam memilih saham, sekarang ia mulai mengubah "haluan".

Ellen sadar bahwa tanpa manajemen risiko yang baik, sebagus apapun analisis yang dilakukan, investor saham masih bisa terjerumus dalam situasi darurat. Untuk itulah, ia kemudian merumuskan 5 Golden Rules dalam memitigasi risiko investasi yang mungkin dialami investor saham.

1. Memulai berinvestasi dengan modal kecil

Ukuran modal yang dialokasikan setiap investor tentu berbeda-beda. Namun, Ellen menyarankan agar para investor selalu mulai membeli saham dengan modal yang kecil pada tahap awal. Pastikan juga bahwa modal yang dipakai ialah "uang dingin".

Hal ini penting dilakukan untuk melatih manajemen emosi para investor. Bagi investor yang gampang grogi, peraturan ini akan sangat membantu. Saat harga saham yang dibeli turun, misalnya, investor dapat tetap bersikap tenang karena kerugian yang dialaminya terbilang kecil. 

Setelah bisa menguasai emosi dengan baik, barulah investor boleh menambah modal secara bertahap.

2. Menentukan porsi modal yang digunakan sesuai situasi bursa

Situasi bursa saham juga perlu dicermati. Situasi bursa bisa menjadi indikator untuk menentukan porsi modal yang dialokasikan untuk bertransaksi saham. 

Ketika kondisi pasar sedang "bearish", Ellen menganjurkan investor untuk menggunakan 10-25% dari modalnya. Sementara dalam situasi "bullish", modal yang dipakai boleh lebih dari 50%.

Hal ini dilakukan untuk membatasi risiko yang mungkin dialami investor. Saat pasar saham sedang lesu, investor tentu sulit memperoleh keuntungan. 

Sebagus apapun saham yang dipilih, kalau investor masuk ketika pasar sedang "bearish", hasil yang didapat akan jauh lebih kecil, atau bahkan minus. Makanya, dalam situasi demikian, lebih baik modal yang dipakai untuk membeli saham lebih kecil untuk meminimalkan potensi kerugian.

3. Membatasi kerugian yang bersedia ditanggung

Setiap investor umumnya mempunyai peraturan tersendiri. Ellen pun demikian, terutama dalam hal batasan cutloss. Ellen tahu bahwa sebaik apapun analisis yang sudah dilakukan sebelumnya, hal-hal yang buruk masih bisa terjadi. Makanya, batasan cuttloss perlu ditentukan dan dijalankan dengan penuh disiplin.

Saya pribadi mempunyai batasan cutloss sebesar 8%. Kalau harga saham yang saya pegang mulai turun 8% dari harga beli, saya sudah siap melakukan cutloss. Biarpun jual rugi, saya jadi punya modal untuk membeli saham lain yang lebih potensial. 

Melakukan cutloss tak hanya menyelamatkan modal kita dari kerugian yang mungkin lebih besar, tetapi juga membuka "jalan" untuk investasi lain yang dianggap lebih prospektif.   

4. Menentukan jumlah saham yang dimiliki

Tidak semua saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia layak dikoleksi. Di antara 600 lebih saham yang tersedia, investor bisa memilih beberapa yang dinilai bagus. 

Ellen menyarankan investor memiliki 5-10 saham di portofolionya. Jumlah itu memang terbilang sedikit. Namun, dengan jumlah tersebut, investor jadi lebih mudah mengelolanya.

5. Menetapkan level beli dan jual saham sesuai dengan analisis teknikal

Dalam investasi saham, waktu adalah segalanya. Saham bagus yang dibeli pada waktu yang salah bisa berubah menjadi "bencana". Untuk itulah investor mesti mengetahui waktu yang tepat untuk membeli saham.

Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan waktu beli ialah dengan menggunakan analisis teknikal. Analisis teknikal adalah analisis yang sepenuhnya mengandalkan grafik untuk menafsirkan pergerakan harga saham secara berkala.

Dalam membeli saham, saya juga sering menggunakan grafik. Saya melihat grafik hanya untuk mengetahui tren suatu saham. Asalkan trennya positif, fundamentalnya bagus, dan harganya wajar, saya biasanya akan langsung membeli sahamnya.

Kelima Golden Rules yang dirumuskan oleh Ellen bisa menjadi referensi untuk setiap investor. Hal itu tentunya baik diterapkan agar investasi yang dilakukan jauh lebih terukur.

Menerapkan Golden Rules tadi memang tidak menjamin sepenuhnya bahwa investasi kita akan selamat dan sukses, tetapi peraturan tadi bisa membatasi risiko kerugian yang mungkin saja terjadi. 

Setidaknya hal itu bisa mengurangi jumlah investor yang mendadak jadi religius karena saham yang dimilikinya sedang minus.

Salam.
Adica Wirawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun