Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Investor Terpapar "Demam Emas" di Bursa Saham?

13 Agustus 2019   09:01 Diperbarui: 14 Agustus 2019   11:25 2060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emas Logam Mulia Antam| Dokumentasi Humas PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM

Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok ternyata memberi "berkah" tersendiri untuk komoditas emas. Pasalnya, semenjak perang tersebut kembali "memanas" beberapa minggu terakhir, harga emas terus melambung. 

Sewaktu tulisan ini dibuat, satu gram emas dijual dengan harga Rp 715.000. Harga tersebut telah mengalami kenaikan sekitar 14% sejak Bulan Mei kemarin!

Hal itu wajar terjadi karena emas termasuk aset "safe haven". Aset jenis ini umumnya akan laris diburu investor manakala ekonomi sedang krisis. Investor yang bercimpung di pasar keuangan biasanya akan melindungi investasinya dengan memborong emas karena emas dinilai lebih tahan terhadap pergolakan ekonomi.

Jumlah permintaan yang berlimpah jelas mengangkat harga emas. Pelan-pelan harganya terus meningkat melampaui prediksi para analis. Boleh jadi, kenaikan harga tadi akan terus berlanjut pada beberapa bulan berikutnya.

Hal itu tentunya berimbas pula pada harga saham emiten tambang emas. Seiring dengan "terbang"-nya harga emas di pasaran, setidaknya ada dua emiten tambang emas, yang memperlihatkan kinerja positif. Kedua emiten yang dimaksud ialah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Berdasarkan data yang diambil dari situs RTI, kedua saham tadi mampu menghasilkan capital gain yang bagus dalam waktu 30 hari saja. Saham ANTM dapat memberikan keuntungan sebesar 21%, sementara saham MDKA sebesar 15%. 

Tingkat keuntungan tadi boleh dibilang luar biasa karena bisa diperoleh dalam waktu yang relatif singkat. Jarang-jarang ada saham yang melejit harganya secepat itu.

Demam Emas
Kenaikan tadi bisa membikin mata investor manapun menjadi "silau". Investor bisa tiba-tiba tergiur membeli saham tersebut, hanya karena merasa bahwa harganya akan terus naik beberapa bulan ke depan. Jadilah investor yang bersangkutan berspekulasi, bukan berinvestasi.

harga emas sedang naik seiring meningkatnya tensi perang dagang (sumber: https://akcdn.detik.net.id)
harga emas sedang naik seiring meningkatnya tensi perang dagang (sumber: https://akcdn.detik.net.id)
Hal itu tentu riskan terhadap keamanan modal yang diinvestasikan. Kalau membeli saham pada waktu yang salah, bisa-bisa investor kena "batu"-nya. Seperti yang dialami teman saya.

Pada bulan Juli lalu, teman saya membeli beberapa lot saham ANTM di harga Rp 800/lembar. Dengan sabar ia menyimpan saham tadi selama berhari-hari.

 Seminggu kemudian, seiring dengan tren positif komoditas emas, harganya pun terkerek menjadi Rp 870-an/lembar. Teman saya merasa cukup puas atas untung yang diperolehnya. "Lumayan untungnya di atas bunga deposito bank," katanya, setelah ia menjual semua saham ANTM yang dimilikinya.

Meski berkata sudah "legawa" melepas saham ANTM, nyatanya, teman saya masih suka memantau pergerakan harganya di bursa. 

Pada saat itulah, serakah-nya "kumat". Sebab, setelah ia lepas, tahu-tahu harga saham ANTM kemudian melejit lebih tinggi lagi hingga menyentuh harga Rp 960/lembar. Ia mungkin menyesal melego sahamnya terlalu dini. Andaikan terus menggenggam saham tadi lebih lama, tentu ia bisa menuai untung 16% lebih!

Pergerakan harga saham ANTM (sumber: dokumentasi Adica)
Pergerakan harga saham ANTM (sumber: dokumentasi Adica)
Pergerakan harga saham MDKA (sumber: dokumentasi Adica)
Pergerakan harga saham MDKA (sumber: dokumentasi Adica)
Oleh karena sulit mengendalikan diri, teman saya kemudian melakukan "buyback". Ia beli lagi sahamnya di harga Rp 950-an/lembar, dan setelah itu, terjadilah "drama". 

Pasalnya, beberapa hari kemudian, harga sahamnya anjlok ke harga Rp 860-an dan ia berpotensi menanggung kerugian hampir 10%! Alih-alih melakukan cutloss, ia terus bertahan. Dengan sabar, ia menunggu harganya kembali ke posisi beli.

Teman saya cukup beruntung. Beberapa minggu kemudian, saham ANTM kembali naik harganya. Ia pun bisa lepas dari "bayang-bayang" kerugian. 

Setelah menjual sahamnya, ia kini benar-benar ikhlas. Biarpun sekarang dihargai Rp 1.035-an/lembar, ia enggan membelinya lagi.

Analisis Teknikal
Saham-saham komoditas, seperti ANTM dan MDKA, sulit ditelisik lewat analisis fundamental. Sebab, pergerakan harganya senantiasa mengikuti harga komoditas yang dihasilkannya. 

Makanya, meskipun saham ANTM sudah termasuk mahal karena Price Earning Ratio-nya sudah 35 kali, harganya masih bisa meroket mengikuti kenaikan harga emas.

Analisis fundamental hanya dipakai untuk memeriksa "kesehatan" dari perusahaan yang bersangkutan. Untuk saham-saham jenis ini, saya biasanya mencermati rasio utang, pendapatan, dan arus kasnya. Setidaknya ketiga hal tadi mesti positif. Bagi saya, kondisi keuangan yang sehat adalah "benteng" yang tangguh kalau-kalau suatu saat terjadi krisis.

Analisis yang tepat dipakai ialah analisis teknikal. Analisis ini menggunakan beberapa indikator untuk membaca tren suatu saham. 

Beberapa indikator itu, di antaranya, adalah MACD, bollinger bands, dan RSI. Karena tidak terbiasa memakai analisis teknikal dalam menilai suatu saham, saya tidak bisa menjelaskan lebih banyak soal analisis ini. Informasi tentang analisis teknikal bisa ditemukan di buku-buku atau di internet.

Saham komoditas, seperti ANTM dan MDKA memang susah dibaca pergerakan harganya. Tidak ada yang bisa tahu secara pasti arah harganya ke depan. Makanya, kalau berinvestasi di saham ini, sifatnya sangat spekulatif.

Meskipun harga emas sedang bergerak naik dan hal itu berdampak pada saham-saham yang berkaitan dengannya, saya masih enggan membeli saham-saham tersebut. 

Saya khawatir suatu saat harganya akan runtuh karena ada begitu banyak investor yang berspekulasi dengan membelinya. Jadi, mungkin saya hanya akan menjadi penonton saja ketika mayoritas investor sedang terpapar demam emas di bursa saham.

Salam.
Adica Wirawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun