Mohon tunggu...
Adib Manggala
Adib Manggala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IKIP PGRI Wates, Yogyakarta

Kampus : IKIP PGRI Wates, Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pengaruh Helenisme dalam Injil Sinoptik

31 Agustus 2021   18:02 Diperbarui: 31 Agustus 2021   18:24 3830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

    Menurut Ahmad Tafsir, teori-teori dalam agama Kristen telah mengalami pengembangan dimana Platonisme telah menjadi salah satu sumber pengembangan dalam filsafat Kristen. Plato telah menentang relativisme kaum sofis, dimana argumen-argumennya itu telah digunakan dalam filsafat Kristen. Ajaran Plotinus, yang disebut dengan neo-Platonisme, dijadikan pula sebagai sumber dalam pengembangan filsafat Kristen. Ajaran Plotinus tentang transenden, tidak pentingnya eksplanasi ilmiah tentang alam semesta, dan adanya tiga realitas pun digunakan pula oleh Kristen dalam mengembangkan filsafat Kristen. Begitu pun tentang metodenya Aristoteles, yaitu deduksi logis, digunakan pula oleh Kristen. Dalam menguatkan pendapatnya tersebut, Ahmad Tafsir menyampaikan gagasannya Clement sebagai contohnya, menurutnya, Clement adalah salah seorang tokoh yang telah ikut mengembangkan teologi Kristen. Ia berpendapat bahwa Tuhan itu transenden, Tuhan berada di luar ruang dan waktu. Menurut Clement, hubungan antara manusia dan Tuhan dilakukan melalui logos. Melalui logos itulah, Tuhan memperlihatkan kuasa-Nya, yaitu menciptakan alam semesta, dan oleh Clement, logos dijadikan sebagai jembatan antara dunia materi dengan dunia spirit (roh).15 Sikap Kristen yang memadukan antara teologi Kekristenan dengan filsafat Yunani, bukan saja dilakukan oleh Yustinus Martir, melainkan dilakukan pula oleh Bapa Gereja lainnya, seperti Origen, misalnya. Origen telah dipengaruhi oleh ide-ide Plato, dan ia percaya bahwa Alkitab dapat dimengerti dalam tiga tingkatan. Pertama, secara literal di permukaan. Kedua, secara moral di dalam jiwa. Dan ketiga, secara alegoris untuk misteri-misteri yang terpendam.16

    Tidak hanya itu, pemikiran logos dalam Kekristenan, sebagaimana yang terdapat dalam prolognya Injil Yohanes, tidaklah bisa terlepas dari adanya pengaruh pemikiran Philo. Diakui ataupun tidak, Kristen telah mengalami dampak dari adanya sinkretisme yang dialami oleh kaum Yahudi, di mana kala itu, aspek sosial telah mewarnai orang-orang Yahudi seperti halnya Philo, yang ketika dalam pergaulannya ia tengah hidup di tengah-tengah pemikiran helenistik. Keyakinan Kristen tentang logos secara jelas terdapat dalam prolognya Injil Yohanes, yaitu Yohanes 1:1-4. Dalam ayat tersebut bertuliskan: "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." Logos menurut Injil Yohanes, sebagaimana halnya keyakinan Kristen tentang logos, mengimplikasikan adanya pra-eksistensi dan keilahian Yesus yang dinyatakan secara eksplisit pada ayat tersebut, di mana Yesus bersama dengan Bapa diyakini Kristen sebagai pencipta dunia.17

    Dalam prolog Injil Yohanes, sebenarnya tidak menyebutkan sama sekali bahwa yang dimaksud dengan logos itu adalah Yesus Kristus. Meskipun demikian, selain Kristen meyakini bahwa logos yang dimaksud itu adalah Yesus, logos itu pun diyakini pula sebagai Anak Allah, yang berinkarnasi dalam rangka untuk memperkenalkan Allah sepenuhnya.18 Menurut Lohse, logos ilahi, yang pada mulanya bersama Allah, menjadi daging dalam Yesus Kristus (Yohanes 1:1-18), adalah sebuah sisipan bagi pra-eksistensinya Yesus. Dari adanya sikap tersebut, menurut Lohse,  terdapat kemungkinan bagi gereja untuk mulai dengan konsepsi-konsepsi tertentu yang telah dibentuk oleh pra-Yudaisme-Kristen mengenai pra-adanya tokoh hikmat. Ketika apa yang terdapat dalam Yudaisme hanya sesuatu yang dianggap ideal, namun dalam Kekristenan, hal itu dipandang dari titik perbuatan inkarnasi yang bersifat menentukan.19


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun