Mohon tunggu...
Adi Permana
Adi Permana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Rakyat biasa

Revolusi belum selesai..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Singkat Kata Politik #2: Keislaman Kita Pascapilpres 2019

19 April 2019   01:06 Diperbarui: 19 April 2019   01:25 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sedih. Beginikah wajah Indonesia paska Pilpres 2019? Gema takbir ternyata sekarang sudah menjadi seruan yang sangat partisan. Seruan yang digunakan untuk "melegalisasi" kekuasaan suatu kelompok tanpa mengindahkan aturan negara yang berlaku. Saya sudah melihat video klaim kemenangan capres Prabowo yang diiringi pekik takbir dan sujud syukur beliau dan timsesnya. Tak habis pikir. Sedih melihatnya, ketika ambisi pribadi/kelompok mengalahkan persatuan-kesatuan bangsa. Sedih melihat orang-orang di lingkar Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo yang sudah begitu yakin dan "dogmatis" menyerukan kepada pendukungnya bahwa mereka menang dengan pekikan takbir.

Apakah mereka tidak berpikir bahwa umat Islam di Indonesia tidak semuanya memilih Prabowo? Mengapa gema takbir yang begitu agung maknanya "rela" mereka pakai untuk kepentingan partisan/kelompoknya saja untuk "melegalisasi" kemenangan? Mengapa takbir menjadi dipersempit maknanya? Hanya rakyat yang mampu menjawab. Rakyat yang sedih karena salah satu elemen terpenting bangsa, yaitu Keislaman, telah dibajak oleh kelompok tertentu, telah di-kavling- secara eksklusif oleh kubu 02. Gema takbir seharusnya mewakili seluruh perasaan umat Islam, namun tidak untuk masa-masa paska pilpres ini. Menyedihkan.

Ya Tuhan, tolonglah bangsa Indonesia. Jauhkan Indonesia dari elemen-elemen kelompok yang ingin merontokkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa, dari mereka yang lantang memekikkan nama-Mu hanya untuk kepentingan partisan, hanya untuk sebuah jabatan 5 tahunan.

Semoga Keislaman Kita tetap terjaga dalam bingkai keindonesiaan yang satu. Keislaman yang diperjuangkan oleh santri-ulama NU & Muhammadiyah yang mengerti betul nafas Keindonesiaan. Saya merindukan kaum intelektual Islam terdahulu yang mengerti sejarah panjang berdirinya Indonesia yang berjuang secara etis & inklusif, bukan yang partisan & eksklusif. Takbir harusnya mempersatukan Kita, bukan malah menimbulkan sentimen partisan yang meresahkan Keislaman di antara kita. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun