Apalagi sekarang, di era informasi tumpah ruah. Meja makan jadi tempat pertemuan antara kearifan lokal dan hoaks global. Ibu, yang dapat info dari video berantai di grup WA "Senam Lansia Ceria", tiba-tiba melarang semua orang makan mie instan. "Ini konspirasi, Pak'e! Biar otak generasi kita jadi lembek!" katanya, dengan keyakinan setingkat agen CIA yang baru membongkar plot rahasia.
Bapak, yang baca artikel dari situs abal-abal di Facebook, ikut-ikutan. "Betul, Bu! Apalagi yang ada MSG-nya. Itu racun!"
Anaknya, yang baru nonton video edukasi dari seorang food scientist di YouTube, mencoba mengklarifikasi. "Bapak, Ibu, MSG itu aman lho, asal nggak berlebihan. Itu namanya umami..."
"Halah! Kamu itu sudah dicuci otaknya sama asing!"
Mbuh. Meja makan yang tadinya tempat berbagi lauk, kini jadi arena klarifikasi dan fact-checking antar-generasi. Setiap anggota keluarga adalah perwakilan dari faksi algoritmanya masing-masing. Bapak dari faksi "Berita Politik Serius Tapi Judulnya Clickbait", Ibu dari faksi "Kabar Gembira Kulit Manggis Kini Ada Ekstraknya", dan Anak dari faksi "Apapun yang Lagi Viral di TikTok".
**
Ya, saya tahu, hidup ini sudah ribet. Pekerjaan, cicilan, drama di media sosial. Kadang, momen makan adalah satu-satunya waktu kita untuk "istirahat" dengan menatap layar. Tapi justru karena hidup makin ribet, meja makan jadi makin krusial.
Ia adalah benteng pertahanan terakhir kita dari invasi individualisme. Ia adalah ruang analog suci di tengah kepungan dunia digital yang berisik tapi palsu. Di sana kita dipaksa untuk menjadi manusia lagi. Manusia yang bisa menatap mata lawan bicaranya, bukan menatap avatar. Manusia yang bisa mendengar intonasi suara, bukan sekadar membaca teks.
Maka, mungkin kita bisa mulai dengan eksperimen kecil. Malam ini, atau besok, coba paksa diri dan keluarga Anda untuk satu peraturan sederhana: selama 15 menit makan, semua gawai ditaruh di tengah meja dengan posisi layar menghadap ke bawah.
Jangan pasang target muluk-muluk untuk langsung membahas masa depan bangsa atau solusi krisis iklim. Mulai saja dengan pertanyaan paling bodoh sekalipun.
"Eh, sadar nggak, cicak di dinding itu dari tadi nggak gerak-gerak?"