Mohon tunggu...
Adian Saputra
Adian Saputra Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis

Menyukai tema jurnalisme, bahasa, sosial-budaya, sepak bola, dan lainnya. Saban hari mengurus wartalampung.id. Pembicara dan dosen jurnalisme di Prodi Pendidikan Bahasa Prancis FKIP Unila. Menulis enggak mesti jadi jurnalis. Itu keunggulan komparatif di bidang kerja yang kamu tekuni sekarang."

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Gunakan Evakuasi, Media Kita Miskin Diksi

30 September 2012   07:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:28 1034
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1348997264324122107

[caption id="attachment_215408" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Kompasiana)"][/caption]

Beberapa hari terakhir berita di media massa banyak memublikasikan tentang tabrakan Kapal Motor Bahuga Jaya dengan tanker Cargas Cathinka asal Singapura. Kejadiannya sekitar empat mil dari Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Lampung. Korban meninggal ada tujuh orang. Ratusan yang lain selamat. Ada yang dirawat di Rumah Sakit Kalianda, juga ada yang dirawat di rumah sakit Krakatau Medika, Banten.

Di luar konten pemberitaan, ada satu yang menarik perhatian saya. Hampir semua media massa menggunakan kata "evakuasi" untuk menunjukkan usaha penyelamatan penumpang. Seolah tak ada kata lain, media, terutama reporter televisi dengan lancar menyebut diksi "evakuasi". Untuk usaha penyelamatan penumpang dipakai kata evakuasi. Untuk pencarian kapal yang hilang lantaran tenggelam juga dipakai kosakata evakuasi. Apa memang betul diksi itu dalam setiap konteks kalimat?

Evakuasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bermakna pengungsian atau pemindahan penduduk dari daerah yang berbahaya, misalnya bahaya perang, banjir, meletusnya gunung berapi, ke daerah yang aman.Saya membayangkan diksi ini sangat oke dipakai untuk bencana banjir atau gempa. Kosakata evakuasi sangat tepat dipakai dalam konteks itu. Dalam kejadian tenggelamnya Kapal Motor Bahuga Jaya, evakuasi tepat digunakan untuk kata yang menunjukkan usaha pemindahan penumpang dari laut ke daratan. Tapi untuk mencari penumpang yang ada di kapal yang tenggelam, kosakata yang paling benar ialah "penyelamatan". Jadi, supaya pembaca tidak bosan dengan kata yang itu-itu saja, media perlu mencari sinonimnya. Kalau dalam satu artikel ditemukan banyak diksi "evakuasi" pasti membosankan. Seolah-olah tak ada kosakata yang lain. Padahal kita punya banyak kosakata dalam kamus.

Kalau terus-terusan dicekoki "evakuasi", lambat laun kosakata bahasa kita menjadi miskin. Kalau dalam satu alinea dibikin banyak variasi diksi kan enak. Misalnya saja: Evakuasi penumpang Kapal Motor Bahuga Jaya yang tenggelam di Selat Sunda masih dilakukan tim SAR. Upaya penyelamatan penumpang ini membutuhkan alat yang memadai. Namun, hingga kini upaya pemindahan jenazah penumpang yang diperkirakan ada di dalam kapal sulit dilakukan. Tim SAR menyatakan ikhtiar pengangkatan kapal dari dasar laut bisa memakan waktu berhari-hari. Namun, mereka optimistis pemindahan kapal ke permukaan bisa dilakukan dengan kerja sama banyak pihak. * Kita mesti jujur, media kita masih miskin diksi. Mereka kesulitan menemukan padanan yang pas untuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang. Semestinya bisa. Tapi karena ketidakmauan dan tak mau bekerja ekstra membuat kosakata yang digunakan ya itu-itu saja. Dalam konteks penggunaan lema dalam kalimat, redaktur punya tanggung jawab lebih. Sebab, dialah yang mengolah naskah berita itu hingga sampai ke mata pembaca. Kalau di tangan redaktur belum mampu, bisa diupayakan ke korektor bahasa atau copy editor. Di tangan pekerja bahasa inilah artikel diperkaya dengan banyak sinonim. Akan ada banyak kosakata yang bisa dinikmati pembaca. Namun, acap hal ini tak juga terealisasi. Media, tegasnya, masih kesulitan menemukan diksi baru sebagai variasi.

Maka itu, dalam kasus tertentu, jurnalis bisa menggunakan diksi evakuasi dengan tepat. Selain itu berupaya semaksimal mungkin untuk menemukan persamaan katanya.Memang benar, dengan hanya menulis satu kata yang paling populer, publik sudah tahu maknanya. Cuma, dalam ranah edukasi warga, media juga kudu menampilkan bahasa yang ciamik dan sarat pengetahuan. Ini berguna untuk memperkaya khazanah pengetahuan pembaca dengan pakem bahasa Indonesia yang baik. Dengan banyak menggunakan variasi untuk satu kosakata yang sering dipakai, pembaca tentu dimanjakan. Selain itu, pikiran dan perspektif mereka juga semakin luas. Evakuasi memang sedang digemari sekarang, tapi diksi lain juga menanti untuk dipergunakan. Jangan jadi jurnalis atau media yang miskin diksi sehingga pembacanya dapat barang basi. Wallahualam bissawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun