Namanya takji, setiap orang pasti punya kesukaan yang berbeda. Ada yang menyukai kudapan manis, ada pula yang gurih. Ada yang sekadar melepas dahaga dan sedikit mencukupi isi perut, ada pula yang perlu makanan yang nendang usai seharian puasa.
Kalau ditanyakan ke saya, makanan gurih, nikmat, dan berasa segar nan pedas adalah pilihan yang pas. Dan jika mesti menyebut nama, saya sebut gamblang: pempek. Lebih spesifik lagi: kapal selam. Wow kan?
Orang Indonesia ini memang hebat kasih nama makanan. Sampai kapal selam pun dimakan.
Kami di Bandar Lampung, tentu tak asing dengan pempek. Termasuk kapal selam, langgeng, adaan, kulit, dan varian pempek lainnya. Bagi warga Bandar Lampung, pempek juga makanan khas kota ini. Bahkan beberapa orang bilang, pempek di Bandar Lampung malah lebih kerasa citarasa iklannya ketimbang di Palembang, Sumatera Selatan, tempat asli kudapan ini. Beberapa bahkan bilang, cuka bikinan orang Lampung malah punya sensasi pedas yang luar biasa.
Bagi saya, takjil seperti kapal selam pas-pas saja dimakan saat berbuka. Tentu tak langsung dimakan usai azan bergema. Perut tetap diguyur minuman terlebih dahulu.
Buat yang ingin perut terjaga tak begitu kenyang saat berbuka, kapal selam ini bisa jadi alternatif. Maksud saya adalah, makan satu porsi kapal selam, kenyangnya sama seperti makan nasi.
Malam ini saja saya merasakan demikian. Sedari buka tadi, usai minum teh, satu kapal selam tandas. Nikmat terasa di lidah, kenyang terasa benar di perut. Sampai tulisan ini hendak dipotong jelang injury time, sebutin nasi pun belum masuk. Perut terasa kenyang.
Soal cukanya memang rada bermasalah jika kita ada problem di lambung. Namun, apalah nikmatnya menyantap kapal selam tanpa cuka. Kalaupun mau menikmati, cukuplah sekadar aja. Asal berasa ada cukanya. Jangan malah cuka itu dihirup nikmat sampai tandas hingga membuat lambung menjerit.
Ringkasnya, kapal selam menjadi favorit saya di awal-awal masa puasa. Aroma pempek dan cuka itu punya sensasi sendiri jelang beduk magrib. Itu buat saya. Entah bagi Anda