Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STT Pelita Dunia

Bonum est Faciendum et Prosequendum et Malum Vitandum

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal yang Humanis

23 Desember 2022   14:56 Diperbarui: 23 Desember 2022   15:18 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari peristiwa kelahitan Yesus (Natal) kita dapat belajar untuk memperbaiki setiap kekeliruan kita di atas. Karena kelahiran Yesus sendiri justru disampaikan kepada kelompok gembala, yang dapat digolongkan ke dalam strata sosial paling rendah pada zaman itu. Mungkin karena mereka tidak memiliki tempat tinggal yang permanen (sering berpindah-pindah). Selain itu, mereka juga dianggap sebagai kelompok yang sering melanggar aturan-aturan dalam hukum Taurat. Hingga mereka dianggap tidak layak untuk menjadi saksi dalam sebuah kasus.

Akan tetapi, Allah justru memperlakukan mereka sangat istimewa. Karena berita kelahiran Yesus Kristus justru disampaikan kepada mereka (ay. 8-14). Kelompok gembala yang hanya dipandang sebelah mata oleh sesamanya, ternyata menerima perlakuan yang berbeda dari Allah. Mereka menjadi saksi mata kelahiran sang Mesias. Sekalipun manusia meragukan kesaksian mereka, tapi Allah tidak pernah meragukan mereka.  Itulah sebabnya, respons yang ditunjukkan oleh para gembala menunjukkan betapa mereka sangat antusias sehingga mereka tidak berpikir panjang lagi untuk pergi ke Bethlehem untuk menjumpai bayi Yesus. Respons ini menjadi indikasi yang kuat bahwa para gembala tidak meragukan sedikitpun kebenaran berita itu dan sekaligus menunjukkan ketaatan mereka.

Tetapi mengapa harus gembala? Pasti ini tidak terlepas dari kehendak dan kedaulatan Allah. Tetapi kalau kita meneliti keseluruhan Alkitab, maka di sana menjelaskan bahwa Tuhan seringkali memakai dan menggunakan orang yang biasa, orang yang tidak mampu, tidak pandai, menjadi alat untuk Tuhan menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya. Misalnya: Nuh, Abraham, Daud, Yusuf, hingga para rasul; yang diperlengkapi oleh Tuhan untuk menjadi alat di tangan Tuhan. Demikian halnya para gembala.

Tetapi ada satu hal yang paling mencolok alasan Allah memilih para gembala. Tentunya Allah ingin supaya setiap kita tidak membedakan-bedakan sesama kita. Atau Tuhan ingin kita memperlakukan setiap sesama dengan perlakuan yang sama. Karena selama ini, gembala selalu mendapatkan perlakuan yang tidak adil atau didiskriminasi, maka melalui momen kelahiran Yesus ini, Allah menunjukkan bahwa kita wajib untuk tidak membeda-bedakan setiap orang. Siapa pun dia? Seperti apa pun latar belakangnya?

Mungkin inilah juga alasan Lukas menyisipkan kisah ini dalam Injilnya. Karena Injil ini ditulis untuk Teofilus yang Mulia. Memang ada banyak pendapat tentang siapakah Teofilus ini.  Ada yang mengatakan bahwa ia merupakan seorang Yahudi yang tinggal di daerah Alexandria. Ada pula yang mengatakan bahwa ia sebenarnya adalah seorang Romawi yang memiliki kedudukan tinggi di dalam pemerintahan, sehingga Lukas memberi tambahan kata-kata kratiste yaitu sama artinya dengan "yang mulia" atau "optime" dalam bahasa Latin. Tetapi ada pula yang menganggap bahwa Teofilus ini sebenarnya adalah seorang ahli hukum (lawyer) yang mendampingi Paulus selama masa-masa pengadilan yang dihadapi oleh Paulus di kota Roma. Istilah Teofilus sebenarnya terdiri dari dua kata yaitu Teos, yang berarti Allah dan Phileo, yang berarti kasih. Sehingga istilah Teofilus ini bisa kita artikan pula sebagai orang  yang mengasihi Allah. Atau ada pula yang menterjemahkannya sebagai sahabat Allah.

Tetapi siapa pun Teofilus, yang pasti dia adalah orang yang cukup berpengaruh dalam masyarakat dan mungkin juga secara materi adalah orang yang berada. Sehingga dia pasti sangat dihormati dan biasanya orang yang memiliki kekayaan dan memiliki jabatan selalu berbuat tidak adil atau memperlakukan tidak adil sesamanya. Itulah sebabnya, Lukas menuliskan kisah gembala ini kepadanya untuk menjadi peringatan baginya. Sekalipun dia adalah orang yang mengasihi Allah, tapi bisa saja dia khilaf dan melakukan tindakan-tindakan yang salah kepada orang lain. Hal ini juga sekaligus menjadi peringatan bagi kita, bahwa tidak boleh melakukan ketidakadilan kepada orang lain. Kiranya momen natal ini bisa menyadarkan kita.

  • Natal yang Humanis mengajarkan kita untuk saling mengampuni


Natal adalah peristiwa lahirnya sang Juruselamat. Kalau kita baca dalam ayat 11, di sana malaikat itu berkata, "Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud ". Ungkapan "juruselamat" berasal dari istilah Yunani "soter".  Soter adalah salah satu nama dewa dalam mitologi Yunani, di mana yang dimaksudkan untuk menegaskan dewa keamanan, keselamatan dan perlindungan. Istilah ini kemudian diadopsi Lukas untuk menegaskan bahwa Yesuslah sang penyelemat itu. Dialah yang diutus Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Dan Dialah yang akan mengampuni kita dari setiap dosa dan pelanggaran kita.

Artinya, melalui kelahiran Yesus, sang juruselamat itu, maka pengampunan dari Allah bagi kita menjadi nyata dan sempurna. Sehingga kita dapat berkata bahwa Allah sangat mengasihi kita, sehingga Dia mau mengampuni setiap pelanggaran dan kejahatan kita.

Pertanyaannya, maukah kita juga mengampuni sesama kita? Dalam Matius 18:21-35, Yesus telah menegaskan nasib orang yang tidak mau mengampuni sesamanya, padahal dosanya telah diampuni. Maka kiranya melalui momen natal ini kita belajar untuk mau mengampuni sesama kita. Sehingga kita dapat memperlihatkan kepada dunia ini bahwa hidup kita adalah hidup yang telah dibenarkan dan telah merdeka dari belenggu dosa.

Mari kita merayakan natal tahun ini dengan lebih humanis. Bagaimana caranya? Caranya dengan selalu merendahkan diri, selalu memperlakukan semua orang dengan perlakuan yang sama dan adil, serta mengampuni setiap kesalahan orang lain kepada kita. Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati! AP.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun