Beberapa scene yang berkesan bagi saya adalah ketika keluarga Ian berkunjung ke keluarga Toula, dimana keluarga Toula telah menyiapkan jamuan pesta yang mewah, salah satunya domba guling. Ayah dan Ibu Ian, Rodney dan Harriett (masing-masing diperankan oleh Bruce Gray dan Fiona Reid) tampak canggung menyikapi, mereka yang kebetulan juga vegetarian tidak mengambil daging domba guling yang ditawarkan oleh Ayah Toula, selepas acara, Ayah Toula mengeluhkan sikap orang tua Ian dan mengumpamakan dengan roti yang hambar. Kemudian, suatu ketika, Toula merasa frustrasi oleh sikap keluarga yang dikhawatrikannya akan membuat pernikahannya dengan Ian gagal, sementara hatinya sudah tertambat dan tidak bisa lepas lagi, sebaliknya Ian merasakan hal yang sama, Toula mengajak Ian untuk melakukan semacam kawin lari, tapi, Ian menolak dan meyakinkan Toula bahwa apapun resikonya, dia akan melakukan apa saja agar bisa diterima oleh keluarga Toula karena seperti yang dikatakan oleh Ian kepada Toula bahwa "menyelinap hanya akan mempermalukan diri sendiri". Selanjutnya adalah ketika akhirnya pernikahan Toula dan Ian berhasil dilaksanakan, diluar dugaan, Ayah Toula menghadiahi mereka berdua sebuah rumah.
Secara garis besar nuansa film ini tidak berbeda dengan genre film keluarga dan komedi romantis pada umumnya. film ini hendak menyampaikan bahwa perbedaan latar belakang budaya dalam sebuah hubungan itu bisa sangat indah dan unik, bukan justru menjadi penghalang. Yang diperlukan adalah pikiran terbuka untuk memahami perbedaan-perbedaan tersebut lalu mempelajarinya, mengkompromikan, dan memodifikasinya agar (diharapkan) bisa ditemukan semacam win-win solution menuju kelanggengan dalam sebuah hubungan, dalam hal ini pernikahan. Dan, cinta di usia 30+ selalu tampak sederhana. #saywithfilm
Selamat menonton.