Mohon tunggu...
M. Auliya Adhytama
M. Auliya Adhytama Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hello!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Fakta Sains Dalam Kurban : Sayatan Tanpa Rasa Sakit

9 Juni 2025   12:42 Diperbarui: 9 Juni 2025   12:42 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Qurban | Dokumentasi Pribadi

Berbagai penelitian modern telah membuktikan bahwa metode penyembelihan Islam lebih etis dan minim penderitaan bagi hewan. Salah satunya dilakukan oleh Prof. Wilhelm Schulze dan timnya di Jerman, yang melakukan penelitian terhadap dua metode penyembelihan: satu dengan cara Islam (tanpa pemingsanan) dan satu lagi dengan metode stunning (pemingsanan).

Mereka merekam aktivitas otak hewan dengan elektroensefalogram (EEG) dan elektrodiagram otot (EMG). Hasilnya menunjukkan bahwa pada penyembelihan Islam, hewan langsung kehilangan kesadaran dalam waktu 2-3 detik setelah lehernya disembelih, dan tidak menunjukkan adanya reaksi rasa sakit. Sementara pada metode stunning, ditemukan bahwa hewan tetap menunjukkan gelombang otak aktif yang mengindikasikan rasa sakit.

Sering kali masyarakat awam mengira bahwa gerakan kejang-kejang hewan setelah disembelih adalah tanda bahwa hewan tersebut merasakan sakit. Padahal, itu adalah respons sistem saraf motorik terhadap kehilangan darah secara drastis. Saat darah mengalir keluar dengan cepat, oksigen yang menuju ke otak terhenti. Otak pun mati dalam waktu singkat. Namun, saraf-saraf perifer di tubuh masih aktif dan menyebabkan otot bergerak. Ini adalah reaksi refleks, bukan indikasi rasa sakit atau kesadaran.

Gerakan ini justru merupakan tanda bahwa penyembelihan berhasil memutus aliran darah dengan efektif, dan hewan akan mati lebih cepat tanpa rasa sakit yang berkepanjangan. Justru jika hewan langsung diam tanpa gerakan, bisa jadi proses pemotongan tidak sempurna dan berisiko menyiksa hewan karena ia masih sadar.

Islam bukan hanya mengatur bagaimana menyembelih hewan, tetapi juga sangat menekankan kesejahteraan hewan sebelum dan selama penyembelihan.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (menyembelih), maka sembelihlah dengan cara yang baik. Tajamkanlah pisau dan tenangkan hewan sembelihan kalian." (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa penyembelihan bukan hanya urusan ibadah, tetapi juga etika. Hewan tidak boleh disiksa, tidak boleh disembelih di hadapan hewan lain, dan harus diperlakukan dengan lembut. Bahkan pisau yang digunakan pun harus diasah agar luka yang ditimbulkan sesedikit mungkin.

Dari sisi sains makanan, daging hewan yang disembelih secara syar'i juga memiliki kualitas yang lebih baik. Karena darah keluar dengan sempurna dari tubuh hewan, maka risiko bakteri dan kontaminasi menjadi lebih kecil. Darah adalah media ideal bagi bakteri berkembang, sehingga proses pengeluaran darah ini sangat penting untuk keamanan pangan.

Selain itu, hewan yang disembelih dalam kondisi tenang cenderung menghasilkan daging yang lebih empuk dan tidak asam. Stres pada hewan sebelum mati dapat menyebabkan pelepasan hormon seperti adrenalin yang mempengaruhi keasaman otot, sehingga membuat daging menjadi keras dan berbau tidak sedap.

Penyembelihan hewan secara Islami bukan hanya sebuah ritual keagamaan, tetapi juga bentuk ibadah yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keilmuan. Metode ini ternyata memiliki dasar ilmiah yang kuat dan sesuai dengan prinsip kesejahteraan hewan modern. Penelitian menunjukkan bahwa penyembelihan yang dilakukan dengan cara Islam yang benar membuat hewan tidak merasakan sakit dan langsung kehilangan kesadaran, sehingga proses kematian menjadi lebih manusiawi.

Ini menunjukkan bahwa Islam sejak dahulu telah menempatkan etika dan sains dalam satu tarikan napas. Ibadah kurban bukan hanya tentang menyembelih, tetapi juga tentang memahami, menghargai, dan merawat ciptaan Tuhan dengan cara yang paling baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun