Beberapa wilayah di Indonesia sudah mulai melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Kebijakan ini tentu disambut dengan berbagai reaksi dari pihak sekolah maupun orang tua / wali murid. Kekhawatiran terbesar dari para orang tua / wali murid adalah potensi terinfeksi anak didik dari aneka varian jenis Covid-19 di sekolah.
Interaksi fisik anak didik di sekolah sangatlah tinggi. Salah satu aktivitas yang high contact adalah bermain. Bermain sangat sulit dikendalikan bahkan dilarang saat jam istirahat di luar kelas. Maka dari itu perlu keterlibatan pihak sekolah dalam memberikan alternatif permainan yang aman dan menyenangkan bagi para siswa.
Permainan dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu:
- Permainan Motorik adalah permainan yang cenderung mengutamakan kemampuan fisik dalam bermain, mulai kecepatan berlari, akurasi lemparan, kelincahan, dll. Contoh permainan ini seperti petak umpet, gobak sodor, benteng-bentengan, dll.
- Permainan Kognitif adalah permainan yang cenderung mengutamakan kemampuan analisis, strategi, dll. Contoh permainan ini seperti bermain ludo, uno, tebak gambar, puzzle, trivia (quiz), dll.
Jika anak didik ingin bermain permainan motorik dan kognitif maka perlu dilakukan modifikasi permainan, bentuk modifikasi permainan ini dapat berupa:
- Mengganti sentuhan fisik dengan alternatif lain. Misalkan dengan memegang lawan dengan melempar bola ke arah lawan.
- Menghindari penggunaan alat bermain yang bergantian. Misalkan permainan silang dan lingkaran harus menggunakan alat tulis sendiri tidak bergantian.
- Menghindari permainan yang mewajibkan interaksi antar pemain yang sangat dekat.
Bermain di dalam kelas tentu bisa menjadi kegiatan yang menyenangkan. Beri otonomi ke para siswa untuk bertanggungjawab dalam menggunakan fasilitas di kelas.Â