Mohon tunggu...
ADHE YOGI
ADHE YOGI Mohon Tunggu... Guru - GURU SMA

TERTARIK BERDISKUSI TENTANG PENDIDIKAN YANG MEMANUSIAKAN MANUSIA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sistem Pendidikan di Indonesia Menghianati "Taman Siswa"

8 Februari 2023   09:39 Diperbarui: 8 Februari 2023   09:44 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kedua, ubah kebijakan yang membelenggu waktu bermain anak. Ketika Negara kita Indonesia ingin menerapkan Full Day School, di Finlandia Siswa SD dan SMP belajar di sekolah hanya 4-5 jam. 

Sedangkan untuk SMA sama dengan kuliah, mereka menghadiri kelas yang sudah dipilih dari awal masuk. Bahkan di sana waktu istirahat sekolah bisa sampai 45 menit dan total siswa SD bisa istirahat 75 Menit dalam sehari di sekolah. Finlandia percaya bahwa kapasitas setiap siswa dalam belajar akan berhasil jika mereka memiliki waktu bersantai yang cukup, sehingga waktu belajar pikiran mereka akan segar dan bisa fokus kembali. 

Dengan sistem jam pelajaran tersebut diharapkan materi yang masuk akan lebih efektif tanpa memaksakan kemampuan otak anak. Hal tersebut sebenarnya sejalan dengan pemikiran John Dewey seorang filsuf pendidikan dari Amerika Serikat yang berbicara tentang hakikat pendidikan yang memanusiakan manusia, sehingga yang perlu diperhatikan bukan lamanya pelajaran, tetapi kualitas pengajarannya.

Ketiga, menghindari persaingan antar sekolah, Sudah menjadi hal yang biasa jika sekolah saling bersaing untuk mendapat gelar " sekolah terbaik", padahal setiap sekolah memiliki andil sebagai bagian dari pembangun bangsa, yang paling ditakutkan adalah persaingan tidak sehat dari tiap sekolah, dan gengsi siswa terhadap sekolahnya. 

Seharusnya semua sekolah diyakini punya kualitas baik untuk generasi penerus bangsa, sehingga sekolah berupaya keras mendidik anaknya untuk menemukan dan mengembangkan potensinya dengan sebaik-baiknya tanpa membandingkan dengan sekolah lain, dan pemerintah seharusnya pula tidak membanding-bandingkan antara sekolah unggul dan sekolah biasa lagi.

Beberapa langkah diatas diharapkan mampu untuk mengembalikan roh " Taman Siswa" ke dalam sekolah, sehingga sekolah bukan lagi menjadi momok yang mengerikan dan membelanggu kreativitas serta potensi anak, anak harus bahagia disekolah agar setiap ilmu apapun yang masuk mampu diserap dengan baik. 

Sekolah akan membuat anak merasa ketika lonceng masuk sekolah berbunyi berarti itu adalah tanda dimulainya kegembiraan, lalu ketika lonceng pulang berbunyi anak-anak akan enggan untuk pulang karena ia tak ingin kesenangannya berhenti, dan begitulah seharusnya sekolah, sekolah keberadaban dengan konsep Taman Siswa".

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun