Mohon tunggu...
adhe putra
adhe putra Mohon Tunggu... Operator

penting?

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Perjuangan UMKM di Tengah Biaya Tersembunyi Shopee: Apakah Penjual Kecil Sedang Diperas?

10 Agustus 2025   07:11 Diperbarui: 10 Agustus 2025   07:11 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi simbolis algoritma marketplace yang rumit menjebak ikon-ikon bisnis kecil 

E-commerce telah menjadi penyelamat bagi banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Di Indonesia, platform seperti Shopee mendominasi dengan berbagai program menarik yang menjanjikan peningkatan penjualan, kemudahan berjualan, dan akses ke jutaan pembeli potensial. Namun, di balik janji manis tersebut, muncul pertanyaan besar yang sering kali membebani para penjual kecil: Apakah biaya tersembunyi Shopee justru membebani, bahkan menggerus keuntungan UMKM hingga ke titik nol?

Bagi sebagian besar penjual, terutama yang baru memulai, perhitungan biaya di Shopee tidak sesederhana yang dibayangkan. Artikel ini akan membongkar serangkaian biaya lain yang sering kali tidak terlihat di awal, tetapi secara signifikan mengikis profit margin dan menempatkan penjual pada posisi yang sulit.

Janji Manis Marketplace vs. Realita di Lapangan

Ketika seorang UMKM bergabung dengan Shopee, mereka disambut dengan berbagai penawaran menggiurkan: program Gratis Ongkir, fitur promosi, dan status "Star Seller" yang konon dapat melipatgandakan omset. Awalnya, semua terasa mudah. Penjual hanya perlu fokus pada produk dan operasional, sementara platform mengurus sisanya.

Namun, seiring berjalannya waktu, para penjual mulai menyadari bahwa untuk bisa bersaing, mereka harus terus "bermain" dalam sistem yang diciptakan oleh marketplace. Tidak ikut program berarti produk mereka tenggelam, tetapi ikut berarti menanggung biaya tambahan yang terus meningkat. Inilah yang membuat banyak UMKM merasa terjebak dalam dilema: bertahan di marketplace dengan keuntungan tipis, atau mencoba keluar dengan risiko kehilangan pasar yang sudah terbentuk.

Banyak penjual mengaku awalnya berhasil meningkatkan omset, namun pada akhirnya keuntungan yang didapat tidak sebanding dengan usaha yang dikeluarkan. Situasi ini bukan hanya memengaruhi keuntungan finansial, tetapi juga semangat dan keberlanjutan bisnis itu sendiri.

Membongkar Biaya-Biaya yang Mengikis Keuntungan

Beberapa biaya berikut adalah pilar utama yang menopang model bisnis marketplace, namun sering kali menjadi beban terberat bagi UMKM.

  • Biaya Administrasi dan Komisi: Ini adalah biaya paling dasar, namun paling signifikan. Setiap penjualan dikenakan biaya admin dan komisi yang bervariasi. Misalnya, toko reguler dikenakan komisi X%, sementara toko Star Seller atau Shopee Mall dikenakan komisi yang lebih tinggi. Kenaikan biaya ini seiring waktu membuat penjual harus terus menaikkan harga produk, atau merelakan sebagian keuntungan yang didapat. Sebagai contoh, seorang penjual yang berhasil menjual produk seharga Rp 100.000 bisa saja kehilangan Rp 5.000-10.000 atau lebih dari total harga hanya untuk komisi dan biaya admin. Ini belum termasuk biaya lain.

  • Biaya Program Gratis Ongkir Ekstra: Program ini menjadi daya tarik utama bagi pembeli, namun di sisi lain, menjadi dilema bagi penjual. Untuk tergabung dalam program "Gratis Ongkir Xtra," penjual dikenakan biaya yang cukup besar, seringkali dalam bentuk persentase dari nilai penjualan. Jika tidak ikut, produk mereka kalah saing karena pembeli cenderung memilih toko yang menawarkan gratis ongkir. Biaya ini secara tidak langsung "memaksa" penjual untuk berpartisipasi, meskipun itu menggerus keuntungan mereka secara signifikan. Data internal dari beberapa penjual menunjukkan bahwa biaya ini bisa menjadi pengeluaran terbesar kedua setelah biaya komisi, membuat marjin keuntungan semakin menipis.

  • Biaya Layanan Iklan dan Promosi: Shopee menyediakan berbagai fitur iklan berbayar untuk meningkatkan visibilitas produk. Mulai dari "iklan produk," "iklan toko," hingga "iklan pencarian." Bagi UMKM dengan modal terbatas, biaya iklan ini adalah beban besar yang penuh risiko. Di satu sisi, beriklan adalah cara efektif untuk mendapatkan pembeli. Di sisi lain, investasi yang tidak efisien bisa langsung merugikan, apalagi jika persaingan iklan semakin ketat. Penjual sering merasa harus terus beriklan agar tidak tenggelam, menciptakan siklus pengeluaran yang tidak berkesudahan.

  • Biaya Penalti dan Denda: Shopee memiliki sistem penalti yang ketat untuk pelanggaran seperti keterlambatan pengiriman, pembatalan pesanan, atau respons chat yang lambat. Penalti ini bisa berupa poin yang mempengaruhi performa toko atau bahkan denda finansial. Bagi UMKM yang masih merintis, kesalahan kecil yang tidak disengaja bisa berakibat fatal pada arus kas mereka. Misalnya, satu pembatalan pesanan karena kendala stok bisa langsung memengaruhi performa toko dan mengurangi visibilitas produk.

Dilema UMKM dan Analisis Pengamat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun