Mohon tunggu...
Adhe Unyu
Adhe Unyu Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga

As simple as me Menyukai musik Ibu dari satu anak yang luar biasa😘😘

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Kompasiana menjadi Pembuktian Diri

31 Oktober 2016   17:42 Diperbarui: 3 November 2016   11:19 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama Mbak Gana yang juga menjadi inspirasi buat saya (dokpri)

Awalnya bermula dari kesukaan saya membaca laman kompas.com di kanal Travel, duluuu banget ada Jalan Sutra dengan kisah Agustinus Wibowo sang backpacker dunia melintasi daerah-daerah konflik, saya memang sangat tergila-gila dengan sebuah kisah journey. "Titik Nol" menjadi sarapan saya setiap hari kala itu yang masih bekerja, dibaca ketika penat mulai terasa, untuk sekedar menghilangkan "kram otak". Begitu terhanyut saya pada kisah-kisahnya, ehhh tau-tau ga ada lagi, hilang bagai ditelan bumi, jejaknya pun nyaris tak bisa ditemui lagi di kompas.com

****

Dari Sekedar Silent Reader Menjadi Penulis 

Setelah galau hilang, kembali saya mendapatkan pengganti kisah mirip-mirip dengan Penulis kesukaan saya tersebut, namanya Bisry Ichwan ia adalah santri asal Banyuwangi yang sedang kuliah di Al-Azhar Kairo, Mesir. Dahaga saya serasa hilang seketika, saat itu ga ngeh banget apa itu Kompasiana, taunya baca ajaaaa. Dan saya tipe yang kalau sudah satu ya satu. Tak ada Kompasianer lain yang saya baca saat itu selain Bisry Ichwan, hampir semua tulisannya habis saya baca, karena memang sangat menarik bagaimana ia bercerita kisah kesehariannya melakukan aktifitas kuliah tapi juga bekerja, bercerita tentang Mesir, seolah-olah saya diajak juga mengelilinginya. Dengan duduk manis di depan layar monitor tapi jiwa saya serasa berkelana di negeri piramida tersebut, ini sengingat saya di tahun 2009.

Asyik masyuk dengan tulisan Bisry, saya coba-coba ke lain hati, ketika itu pilihan jatuh kepada Ibu Linda Djalil yang mantan wartawati senior era Presiden Soeharto, beliau lebih update, karena kebanyakan menulis tentang kejadian-kejadian yang sedang terjadi di negeri kita saat itu. Terkadang ada juga puisi yang ia keluarkan.

Mei 2010 saya resign dan sibuk dengan urusan membuka warnet, otomatis kegiatan membaca Kompasiana ditinggalkan. Ketika bulan Juli warnet buka untuk pertama kali, praktis tak ada kegiatan saya sama sekali, walau tak bekerja lagi tapi urusan di depan komputer tak bisa dihindari karena memang usaha saya tak jauh-jauh dari dunia komputer juga.

Teringat kembali pada Kompasiana dan mulai membacanya, lama mencari akhirnya mata tertuju pada perempuan Jawa Gaganawati, ia tinggal di Jerman rupanya, sama seperti sebelumnya saya sikat habis semua tulisannya, tapi mulai ada terasa menyukainya karena tulisannya sangat santun, tulisannya selalu tentang yang baik-baik, banyak belajar dari tulisannya yang mampu menginspirasi untuk bersikap lebih "perempuan" sedikit, menahan emosi ketika berbicara, saya langsung terpikir untuk mengenalnya, entah dorongan darimana, saya tak pernah seperti itu sebelumnya. Saya coba beranikan diri untuk add akun FB miliknya ketika itu, dan meninggalkan pesan di inbox bahwa saya adalah penggemar tulisannya di Kompasiana, taraaaa Mbak Gana merespon dengan menerima pertemanan saya dan membalas pesan saya kala itu. Tulisan dan orangnya sinkron alias sama, dalam tulisan baik ternyata orangnya juga buaikkk banget, sangat bersemangat, enerjik, Dia bilang ayooo ikut nulis, hah?? Nulis?? ini bukan saya..saya jawab, menulis bukan passion saya, cukup menjadi silent reader saja.

Pembuktian Kepada Suami

Kembali Mbak Gana mengirim sebuah pesan bahwa ia akan datang ke Jakarta dan mengadakan bedah buku 38 WIB dan acaranya di kantor Kompasiana, karena ingin bertemu maka saya membuat akun di Kompasiana, mikirnya kan cuma syarat untuk bertemu saja. 22 Mei 2015 akhirnya bergabung menjadi Kompasianer, 4 Juni baru memberanikan diri untuk menulis karena menurut Mbak Gana, menulislah kejadian di hidup kita aja, yang baik-baik dan positif, pesan itu terus terngiang di telinga saya..Yap Mbak Gana lah yang "menjerumuskan" saya menjadi penulis, padahal buta banget soal tulis menulis, nekad saja.
Setelah menikah pergaulan saya memang menjadi terbatas, tak lagi seperti single dulu, bebas kemana-mana tanpa aturan. Bahkan media sosial pun dikontrol oleh suami, bukan apa-apa, suami hanya menjaga saya agar tak "liar" menggunakan media sosial dan menjadi kebablasan, menjadi ajang gosip, pamer dan hal negatip lainnya.

Tanggal 31 Juli 2015 datang ke acara bedah bukunya Mbak Gana, inilah momen berkesan saya untuk pertama kalinya, karena dikelilingi oleh para penulis-penulis hebat, dah aku mah apa atuhhhh, enggak ada orang yang saya kenal satupun selain Mbak Gana, suami saya ajak saat itu, sebenarnya untuk pembuktian diri bahwa yang saya lakukan adalah ini, saya cukup pintar untuk menjaga diri dan kehormatan suami, beri sedikit ruang untuk saya berekpresi, OK kalau menulis yang baik tidak masalah, begitu yang keluar dari mulut suami, energi positip saya terus mengalir sejak saat itu. 

Karena newbie ya tentu masih bingung mau nulis apa, ya sudah menulis yang saya bisa saja, ga ngerti apa-apa, hanya menulis...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun