Mohon tunggu...
FloresNews
FloresNews Mohon Tunggu... Guru - Paulus Tengko

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Birokrasi Entrepreneur & Friendly Leadership

24 Mei 2020   09:35 Diperbarui: 24 Mei 2020   10:01 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini harus dibangun cerita, bahwa birokrasi mendorong profesionalisme dan karena itu agak sulit berharap bahwa birokrasi akan mendorong demokrasitisasi, termasuk demokratisasi dalam pembagian bantuan pemerintah. Namun demikian ada perkecualian, yaitu ketika faktor kepemimpinan yang revolusioner.

Birokrat adalah sosok agen yang kuat mendobrak struktur birokrasi dan kultur yang berkembang dalam aparat birokrasi itu, sehingga pelayanan kepada rakyat menjadi bagus. Dengan demikian, birokrasi dengan kepemimpinan kreatif seperti Jonan dan Risma ternyata bisa disiasati oleh gaya kepemimpinan tegas yang akhirnya melahirkan inovasi (Wahyono, 2020).

Berkaca pada Republik Rakyat Tiongkok telah berhasil menghilangkan kemiskinan rakyatnya dalam waktu 40 tahun. Sungguh waktu yang sangat cepat bagi negara dalam menghilangkan kemiskinan. Menteri Pengentasan Kemiskinan China Fan Xiaojian mengakui pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak secara otomatis dapat mengurangi kemiskinan.

Secara umum, Xiaojian menyebutkan ada lima cara untuk mengentaskan kemiskinan, yaitu pemerintah memimpin pengentasan kemiskinan, partispasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, pengembangan masyarakat, dan pengentasan kemiskinan melalui teknologi (Basrowi, 2020).

Lima cara tersebut tentu baru dapat dicapai manakala tidak ada lagi birokrat yang masih melanggengkan nina bobo (lelo-lelo legung) penjajah agar membiasakan diri bobok siang, serta melanggengkan ajakan birokrat 'Londo' untuk bermalas-malas 'nyetheti' burung perkutut di sangkar (Basrowi & Wahyono, 2020)

Birokrat yang Revisionist

Lalu pertanyaannya adalah, kapan birokrat bisa mengubah dari minta dilayani menjadi melayani. Dari mengabdi pada atasan menjadi mengabdi pada rakyat. Dari pertama sejahtera menjadi terakhir sejahtera setelah semua rakyat sejahtera. Dari boros menjadi efisien. Dari  penginjak menjadi pembijak. Dari penggusur menjadi penata.

Dari penjilat menjadi amanat. Dari pengendali rakyat menjadi dikendalikan rakyat. Dari asal bapak senang menjadi asal rakyat senang. Dari instruktif menjadi persuasive. Dari bermental priyayi menjadi bermental kyai? Jawabnya, adalah mulai dari struktural dan kultural agar birokrasi tampil professional (Basrowi, 2020).

Birokrasi Entrepreneur dan Friendly Leadership

Menurut Sukidin (2020) birokrat itu masih bisa melakukan inovasi. Misalnya saja dalam konsep "Mewirausahakan Birokrasi" merupakan salah satu wujud birokrasi modern yang rasional, inovatif dan mempertimbangkan cost and benefit. Tantangan birokrasi adalah kemampuan mengelola sumberdaya secara rasional.

Banyak birokrat Indonesia agar dianggap modern akhirnya ikut-ikutan dengan memunculkan paket kebijakan swastanisasi usaha milik negara. Sayangnya, usahanya menjadi blunder karena yang terjadi bukan menguntungkan negara tetapi justru memiskinkan negera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun