Mohon tunggu...
adestia eftikayati
adestia eftikayati Mohon Tunggu... -

ksb

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Jika katak bernyanyi

28 Februari 2015   18:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:22 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah seharian ini, matahari bersinar terik. Hawa panasnya membuat penghuni hutan enggan keluar rumah. Lain halnyadengan kojo, si katak hijau. Dengan riang, dia bernyanyi di tepi sungai sambil melompat di bebatuan.

“lalala….kwok…kwok…” beberapa itik yang melintas, ikut tersenyum mendengar lagu riang kojo. Namun, ternyata ada yang tidak seka dengan nyanyian kojo. Seekor berang-berang yang sedang bekerja membangun bendungan, menegurnya.

“berhentilah menyanyi, agar telinga kami tidak rusak karena suaramu. Kau mengganggu pekerjaanku!” ketus berang-berang gemuk itu.

“aku benar-benar minta maaf. Tetapi, rasanya sulit berhenti menyanyi. Karena, udara sedang lembab dan sebentar lagi turun hujan….”

“mana mungkin turun hujan? Sekarang matahari sedang bersinar terik! Kalau kamu mau terus bernyanyi, lebih baik menjauh dari tempat kami bekerja!” ancam berang-berang tanpa menghiraukan penjelasan kojo.

Dengan sedih, kojo melompat pergi mencari tempat lain. Begitu kojo menjauh, para berang-berang kembali bekerja. Ada yang mengangkat dahan-dahan besar. Ada pula yang menata potongan-potongan ranting untuk menutup celah aliran air. Mereka bekerja penuh semangat membangun bendungan baru yang lebih kokoh. Mereka tak sadar, ada awan hitam tebal yang menggantung di angkasa.

BLARRRR! Bunyi sambaran petir mengejutkan si berang-berang gemuk yang sedang mengusung lumpur untuk memperkuat bendungan. Perasaannya mendadak tidak enak.

Benar saja. Sebentar kemudian, hujan deras turun. Aliran sungai yang semula tenang, mulai bergulung dengan cepat.

Bendungan berang-berang yang baru separuh jadi, tak kuat Manahan terjangan air sungai. Beberapa bagiannya patah disana-sini.

Berang-berang gemuk menatap sedih bendungan baru mereka yang di terjang air. Dia menyesal karena tak mau mendengarkan penjelasan kojo.

Di kejauhan, kojo ikut merasa sedih melihat bendungan berang-berang yang rusak dan hanyut. Tetapi, mau bagaimana lagi. Kojo sudah coba memperingatkan berang-berang. Kojo bangga di anugerahi kulit yang peka pada udara yang lembab. Kulitnya selalu bisa merasakan, setiap kali hujan akan turun..

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun