Mohon tunggu...
ADE SETIAWAN
ADE SETIAWAN Mohon Tunggu... Kepala Puskeswan Pandeglang

All is Well

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Ujung Napas Rhino di Ujung Kulon

9 September 2025   21:09 Diperbarui: 9 September 2025   20:55 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Rhino atau Rhinoceros Sondaicus (Sumber: tnujungkulon.menlhk.go.id)

Desa-desa penyangga mengembangkan ekowisata edukatif yang menjadikan cerita badak Jawa sebagai daya tarik utama, sehingga warga memperoleh manfaat ekonomi sekaligus menumbuhkan kebanggaan lokal.

Program pertanian ramah lingkungan juga bergerak, mencegah pembukaan lahan baru di hutan dan menyediakan pakan tanaman di luar habitat alami.

Bahkan, sekolah-sekolah di Kabupaten Pandeglang ikut mengenalkan Badak Jawa sejak dini, agar generasi muda tumbuh dengan kesadaran menjaga warisan alam mereka sendiri.

Kini muncul pertanyaan besar! Bagaimana nasib badak Jawa ke depan?

Jika upaya konservasi dijalankan secara konsisten, dengan proteksi ketat, populasi kedua yang nyata, dan partisipasi penuh masyarakat, maka dalam 10–15 tahun populasi Rhini diprediksi bisa stabil, bahkan meningkat (Rewild). Jika ini benar-benar terjadi, maka dunia akan menempatkan Indonesia sebagai contoh keberhasilan penyelamatan satwa paling langka.

Tetapi jika kelengahan terulang, perburuan kembali merajalela, dan habitat tetap tertekan, maka hanya butuh satu generasi untuk menyaksikan punahnya badak Jawa dari muka bumi.

Ada pula risiko yang sering dilupakan yakni bencana alam. Posisi geografis Ujung Kulon yang berhadapan langsung dengan Selat Sunda membuat kawasan ini rawan tsunami, sementara aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) juga menjadi ancaman nyata.

Jika bencana semacam itu terjadi, seluruh populasi bisa hilang dalam sekejap. Skenario ini mempertegas bahwa membangun populasi kedua bukan sekadar pilihan, melainkan keharusan yang mendesak.

Pada akhirnya, ujung napas badak Jawa ada di tangan manusia. Apakah kita akan tercatat dalam sejarah sebagai penyelamat spesies langka ini, atau hanya sebagai saksi bisu kepunahannya. Wallahua’lam bissawab.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun