Di Indonesia, tak ada kisah satwa yang sedramatis daripada perjalanan Rhino sang badak Jawa. Dahulu, hewan ini tersebar luas mulai dari daratan India, Asia Tenggara, hingga seluruh Pulau Jawa. Kini, mereka hanya tersisa di satu tempat yakni Taman Nasional Ujung Kulon .
Harapan sempat merekah pada periode 2022–2023, ketika kamera jebak mencatat kelahiran anak-anak badak dan populasi tercatat mencapai sekitar 82 ekor, angka tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.
Namun, kegembiraan itu tak bertahan lama. Hasil Tim Investigasi mengungkap adanya perburuan sistematis yang mengungkap kematian misterius sedikitnya 26 badak dalam kurun 2019 s.d 2023. Dalam menjalankan aksinya para pemburu liar disinyalir menggunakan senjata rakitan dan memanfaatkan celah keamanan yang masih longgar di kawasan hutan Ujung Kulon. Walhasil, jumlah populasi Badak Jawa kini diperkirakan hanya sekitar puluhan ekor saja, sejumlah sumber menyebut 50 ekor.
Lantas bagaimana nasib badak Jawa selanjutnya? Apa saja upaya yang sudah dilakukan pemerintah dan masyarakat setempat untuk melestarikannya?
Meski situasi terkini diibaratkan di ujung napas, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tidak tinggal diam.
Salah satu langkah besar yang digagas KLHK adalah merintis Kawasan Studi dan Konservasi Badak Jawa (JRSCA) di Desa Ujungjaya, Kecamatan Sumur, yang diproyeksikan sebagai lokasi populasi kedua (Ujungkulon.net).
Dengan dukungan TNI AL, bahkan simulasi logistik yang dilakukan menggunakan kendaraan amfibi agar pemindahan badak di masa depan dapat berlangsung aman dan minim stres.
Di kawasan ini pula mulai dibangun fasilitas laboratorium, kantor lapangan, dan pondok penelitian sebagai dasar penelitian jangka panjang. Perlindungan habitat di Ujung Kulon juga diperkuat melalui pengamanan jalur akses liar dengan pagar alami di muara sungai (IFAW).
Lain itu, ada kabar baik juga datang dari hutan Ujung Kulon pada tahun 2024. Pasalnya, seekor anak badak betina terekam kamera jebak, yang mengindikasikan telah terjadi perkembangbiakan Badak Jawa di hutan sana.
Ini menjadi sebuah bukti kecil namun penting bahwa spesies ini masih berjuang untuk bertahan hidup
Namun, pemerintah bukan satu-satunya aktor dalam konservasi. Warga di sekitar taman nasional juga berpartisipasi aktif. Mereka membentuk Kelompok Mitra Konservasi untuk membantu patroli, melaporkan aktivitas mencurigakan, dan menjaga jalur rawan perburuan.