Mohon tunggu...
ade raod
ade raod Mohon Tunggu... Guru di SMPN 1 Tajurhalang

Guru di SMPN 1 Tajurhalang, sedang menempuh pendidikan S-2 Manajemen Pendidikan di Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Otonomi Sekolah : Belajar dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

2 Oktober 2025   18:40 Diperbarui: 2 Oktober 2025   18:49 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Pendidikan selalu menjadi pondasi utama dalam membangun bangsa. Namun, tantangan dalam pengelolaan sekolah sering kali membuat kualitas pendidikan berjalan di tempat. Di sinilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) hadir sebagai sebuah solusi dengan memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam mengelola sumber daya dan mengambil keputusan.

Apa Itu MBS?

MBS adalah model manajemen pendidikan yang menempatkan sekolah sebagai pusat pengelolaan. Kepala sekolah, guru, komite, dan masyarakat diberi ruang untuk berkolaborasi, sehingga pengelolaan pendidikan tidak lagi bersifat sentralistis. Dengan demikian, sekolah memiliki kebebasan untuk menentukan strategi terbaik demi meningkatkan mutu belajar-mengajar.

Tujuan MBS

MBS tidak hanya soal otonomi, tetapi juga:

  • Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

  • Meningkatkan akuntabilitas sekolah dalam mengelola dana dan program.

  • Meningkatkan efisiensi serta efektivitas pengelolaan sumber daya.

Dengan kata lain, sekolah bukan lagi sekadar pelaksana kebijakan dari atas, melainkan aktor utama dalam menentukan arah pendidikannya.

Prinsip dan Komponen MBS

Ada tiga prinsip penting yang menjadi pijakan MBS:

  1. Otonomi Sekolah dalam pengelolaan.

  2. Partisipasi seluruh stakeholder, termasuk orang tua dan masyarakat.

  3. Akuntabilitas terhadap setiap penggunaan sumber daya.

Komponen yang dikelola meliputi kepemimpinan kepala sekolah, pengembangan kurikulum sesuai kebutuhan lokal, hingga manajemen sumber daya manusia, dana, dan fasilitas.

Studi Kasus: Dari Krisis ke Transformasi

Salah satu studi kasus menarik adalah pengalaman sebuah sekolah swasta kecil yang awalnya menghadapi krisis: jumlah siswa sedikit, guru datang sekadar menggugurkan kewajiban, dan tidak ada prestasi berarti.

Namun, perubahan mulai terjadi ketika pihak pengelola mengikuti pelatihan MBS pada 2010. Langkah strategis yang dilakukan antara lain:

  • Analisis SWOT untuk memahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan sekolah.

  • Membangun solidaritas guru sebagai pondasi awal.

  • Studi banding dengan sekolah lain untuk berbagi praktik baik.

  • Secara bertahap mengembangkan prestasi siswa setelah fondasi internal terbentuk.

Hasilnya, sekolah tersebut perlahan bangkit dengan tingkat loyalitas guru yang lebih tinggi dan prestasi siswa yang mulai terlihat.

Tantangan dan Keuntungan MBS

Tentu, implementasi MBS tidak mudah. Ada keterbatasan dana, resistensi terhadap perubahan, hingga kurangnya kemampuan manajerial kepala sekolah. Namun, jika berhasil diterapkan, MBS mampu:

  • Meningkatkan kualitas pendidikan.

  • Meningkatkan partisipasi masyarakat.

  • Membuat pengelolaan sumber daya lebih efektif.

Pertanyaan untuk Refleksi

Studi kasus tadi menimbulkan beberapa pertanyaan reflektif:

  • Apakah analisis SWOT lebih efektif dilakukan sendiri atau sebaiknya melibatkan tim sejak awal?

  • Strategi apa yang paling tepat untuk meningkatkan solidaritas guru?

  • Haruskah sekolah memprioritaskan pengembangan guru terlebih dahulu, atau langsung fokus pada prestasi siswa?

Pertanyaan-pertanyaan ini penting karena MBS sejatinya bukan sekadar teori, tetapi praktik nyata yang memerlukan keterlibatan seluruh pihak.

Kesimpulan
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pendekatan yang memberi ruang kebebasan sekaligus tanggung jawab bagi sekolah untuk mengelola dirinya. Otonomi tanpa partisipasi dan akuntabilitas hanya akan menjadi slogan, namun ketika diterapkan dengan sungguh-sungguh, MBS bisa menjadi pintu masuk untuk melahirkan sekolah yang lebih berkualitas, mandiri, dan berdaya saing.

Artikel ini ditulis oleh Ade Raod Sanusi & Adhitya Pratama, berdasarkan hasil presentasi kelompok mengenai Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun