Menjaga Rasa, Menguatkan Ekonomi
Di tengah maraknya kuliner modern yang mengandalkan konsep cepat saji dan gaya hidup instan, keberadaan kuliner tradisional tetap menjadi denyut nadi identitas lokal. Salah satunya adalah UMKM Nasi Igut di Kelurahan Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, yang dikelola oleh Ibu Jumiati, seorang wirausaha muda berusia 30 tahun. Usaha ini bukan sekadar tempat makan, tetapi simbol ketekunan dan semangat mempertahankan cita rasa khas Banjar di tengah derasnya arus modernisasi kuliner.
Selama tiga tahun berjalan, Nasi Igut telah menjadi pilihan favorit warga sekitar karena rasa gurih khas rempah Banjar, harga terjangkau, dan pelayanan yang ramah. Berawal dari dapur rumah tangga dengan peralatan sederhana, usaha ini kini melibatkan 4 hingga 10 tenaga kerja lokal, sebagian besar berasal dari lingkungan sekitar. Keberhasilan Nasi Igut menunjukkan bahwa usaha kecil yang dikelola dengan semangat dan konsistensi mampu berkontribusi nyata bagi ekonomi masyarakat.
Strategi Sederhana, Hasil Maksimal
Ibu Jumiati menjalankan usaha ini dengan pendekatan manajemen berbasis pengalaman lapangan. Pencatatan keuangan dilakukan secara manual, mencatat setiap transaksi dari pembelian bahan hingga laba harian. Meski tanpa sistem digital, metode ini cukup efektif menjaga arus kas dan efisiensi modal. Strategi utama yang diterapkan adalah pengendalian kualitas rasa dan pelayanan cepat kepada pelanggan. Semua bahan baku dibeli segar setiap hari di pasar lokal, sementara resep masakan dipertahankan sesuai standar turun-temurun keluarga.
Dalam pemasaran, promosi dilakukan melalui rekomendasi pelanggan dan media sosial sederhana seperti WhatsApp dan Facebook. Strategi word of mouth terbukti ampuh karena kepercayaan dan kepuasan pelanggan menjadi faktor utama keberlangsungan usaha. Pendekatan sosial ini tidak hanya menumbuhkan loyalitas konsumen, tetapi juga memperkuat hubungan antarwarga di lingkungan sekitar.
Inovasi yang Mendasar dari Dapur Tradisional
Menghadapi persaingan kuliner yang kian ketat, Nasi Igut tak berhenti berinovasi. Ibu Jumiati menambah variasi menu lauk seperti ikan dan ayam berbagai olahan, sayur tumis, dan sambal khas Banjar yang bergantian setiap hari agar pelanggan tidak bosan. Selain itu, ia juga menyesuaikan waktu produksi dan penyajian, memastikan makanan tersaji segar sejak pagi untuk memenuhi kebutuhan sarapan warga dan pekerja.
Dari sisi pelayanan, usaha ini membuka layanan pesan antar untuk acara kecil seperti arisan, rapat, hingga pertemuan keluarga. Fleksibilitas dan perhatian terhadap permintaan pelanggan menjadi daya tarik tersendiri. Meski tampak sederhana, inovasi kecil ini menciptakan nilai emosional antara pelanggan dan penjual, menjadikan Nasi Igut lebih dari sekadar warung makania menjadi bagian dari kehidupan sosial masyarakat sekitar.
Memberdayakan Lingkungan dan Warga Sekitar