Mohon tunggu...
Adetia Lestari
Adetia Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi

A dream is a Hope for the Future Success

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Nonverbal: Menyembunyikan Makna Pesan Melalui Teknik Manajemen Wajah

30 September 2021   18:37 Diperbarui: 30 September 2021   21:16 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi memiliki dua jenis, yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan kata-kata sebagai syarat untuk membentuk  komunikasi. Sedangkan komunikasi nonverbal merupakan komunikasi tanpa menggunakan kata-kata sebagai pengantar makna pesan. Komunikasi nonverbal yang akan dibahas kali ini adalah teknik manajemen wajah yang dikutip dari buku Komunikasi Antarpribadi oleh Joseph A. Devito (2016). 

Sepanjang interaksi interpersonal, wajah kita berkomunikasi-terutama menandakan emosi kita. Faktanya, gerakan wajah saja tampaknya mengkomunikasikan tingkat kesenangan, persetujuan, dan simpati yang dirasakan seseorang; bagian tubuh lainnya tidak memberikan informasi tambahan (DeVito, 2016). 

Hal ini karena wajah menjadi hal pertama yang kita perhatikan ketika kita melakukan interaksi dengan orang lain. Beberapa peneliti komunikasi nonverbal mengklaim bahwa gerakan wajah dapat mengomunikasikan setidaknya delapan emosi berikut: kebahagiaan, kejutan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, jijik, penghinaan, dan minat (DeVito, 2016: 139).

Teknik pengelolaan wajah ditujukan untuk menyembunyikan perasaan yang berada pada level mendalam kita. Hal ini bertujuan untuk memberikan atau menekankan makna yang ingin kita utarakan pada lawan bicara kita, yaitu dengan menampilkan efek yang ingin kita ciptakan. Saat mempelajari bagaimana sistem komunikasi nonverbal, teknik pengelolaan wajah tertentu memungkinkan kita untuk menciptakan efek untuk mengekspresikan perasaan yang disembunyikan di balik interaksi verbal. 

Untuk mencapai efek tertentu kepada rekan bicara kita, misalnya, menyembunyikan emosi kecewa saat menerima kado yang tidak kita sukai, kita cenderung akan menahan raut wajah agar tetap tersenyum meskipun gerakan mata sedikit berkedut. Pengkodean seperti ini jarang kita perhatikan karena kita telah dialihkan kepada ekspresi utama yang tampak, yaitu senyuman. 

Penelitian menemukan bahwa orang lebih mempercayai mereka yang tersenyum daripada mereka yang tidak tersenyum (DeVito, 2016). Orang yang tersenyum juga dinilai lebih tinggi dalam hal kemurahan hati. Pertimbangan untuk menggunakan teknik manajemen wajah seperti ini, tanpa kita sadari memberikan sinyal pada pembetukan makna yang tersirat. 

Teknik manajemen wajah ini membantu kita menampilkan emosi dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Karena kita tidak menginginkan lawan bicara kita merasa tersinggung dengan ekspresi nonverbal yang kita tampilkan. Melatih teknik manajemen wajah bisa kita lakukan dengan cara mengontrol perasaan yang kemudian kita tampilkan melalui ekspresi wajah kita. 

Misalnya, ketika seseorang mendapat berita buruk, namun bagi kita mungkin berita tersebut membuat kita diam-diam menikmatinya, aturan tampilan menyatakan bahwa kita mengerutkan kening dengan bibir yang bertekuk kebawah. Hal ini menandakan kesedihan kita secara nonverbal, namun menyembunyikan fakta bahwa kita tidak peduli dengan itu semua.  

Atau ketika kita merasa sedih dan kecewa, namun kita tidak menginginkan lawan bicara kita ikut merasa tertekan, maka memaksakan senyuman menjadi hal yang paling sering dilakukan oleh kebanyakan orang. 

Dalam DeVito (2016: 141), menyebutkan beberapa hal yang bisa kita latih saat mengalami situasi tertentu:

  • * Intensify. Mengintensifkan untuk membesar-besarkan keterkejutan kita ketika teman-teman mengadakan pesta untuk membuat teman merasa bahwa kita excited dengan kabar tersebut.
    * Deintensify. Mengurangi intensitas untuk menutupi kegembiraan diri sendiri di hadapan seorang teman yang tidak menerima kabar baik tersebut.
    * Neutralize. Menetralisir untuk menutupi kesedihan kita agar tidak membuat orang lain merasa tertekan.
    * Mask. Topeng untuk mengekspresikan kebahagiaan untuk menutupi kekecewaan, mungkin bisa terjadi di saat kita tidak menerima hadiah yang  diharapkan.
    * Stimulate. Simulasi untuk mengekspresikan emosi yang tidak kita rasakan, namun ingin kita tonjolkan.

Meskipun teknik pengelolaan wajah mungkin menipu, teknik tersebut pada kenyataannya terjadi secara sengaja dan diatur sedemikian rupa untuk menampilkan makna yang ingin dibentuk. Teknik pengelolaan wajah bisa kita latih dengan mengetahui ekspresi wajah yang umumnya ditampilkan saat merasakan emosi tertentu. Hal ini memiliki tujuan untuk menyembunyikan hal yang tidak ingin kita tampilkan saat melakukan interaksi tatap muka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun