Malam di antara jalan setapak, Atma melihat sesuatu di balik semak yang rimbun. Matanya sedikit terbelalak, karena terkejut ketika sebuah hewan lucu, datang ke pangkuannya. Ini tahun ke sekian kalinya dia menemukan hewan yang kedinginan di malam hari. Atma menemukan hewan baru di areal lahan asing. Meskipun sedikit kotor tetapi bulunya sangat menawan, membuat matanya sedikit berbinar.
Atma membawanya pulang dan segera ke kamar mandi. Air  membuat kotoran pada tubuh hewan ini hilang dan berganti lebih cantik. Ada sedikit kesenangan yang di rasakan olehnya ketika bermain air bersama-sama. Yang akhirnya Atma ikutan mandi malam hari. Hewan ini seolah-olah mengusir sepi yang selalu hadir menyertai langkahnya dalam keseharian tadi.
Hewan itu diberikan nama Yanlik, karena wajahnya sekilas mengingatkan dia  kepada pria di ujung senja. Matanya bulat, berwarna hitam dengan bulu yang terawat dengan baik. Pasti hewan ini bukan hewan liar. Pemiliknya mungkina sedang mencari. Atau memang hewan ini sudah terbuang. Entahlah, memikirkannya membuat Atma takut kehilangannya.
"Oh em gie, apa ini berarti aku ...."
Atma berbicara sendiri di atas meja di saksikan oleh makanan warteg yang sedikit hambar. Yang kurasa serupa hidupnya, tanpa rasa akibat terjebak musim.
Tiba-tiba daun jendela terbuka. Padahal sudah ditutup ayah, sedari sore tadi. Atma menghampiri dan ...
"Oh my oh, kau ini!"
"Hai gadis. Aku lapar. Bisa tolong aku?"
Pria itu datang tanpa diundang serupa maling.
"Oh no! Kau mau maling ya? Jangan maling hatiku. Sebab aku sudah punya satu hati yang kuabadikan."
"Gaje."