Seiring berkembangnya zaman, hampir semua orang menggunakan media sosial, baik dari kalangan orang dewasa maupun anak-anak. Mayoritas masyarakat saat ini membutuhkan layanan internet untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan dunia nyata, setiap orang dapat berkumpul dan berinteraksi di dunia maya. Salah satunya dengan menggunakan media sosial.
Media sosial merupakan wadah bagi masyarakat untuk bersosialisasi di dunia maya. Media sosial merupakan media daring yang digunakan para penggunanya untuk dapat berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan sesuatu hal dengan mudah, ujar Cahyono yang dikutip dari jurnal Publiciana. Siapa saja dapat menggunakan media sosial untuk memberikan kontribusi dan timbal balik secara terbuka, serta dapat berbagi informasi dan pengetahuan dalam waktu yang fleksibel dan tak terbatas.
Media sosial dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi bagi negara satu dengan negara lainnya, tambah Palupi yang dikutip dari jurnal Edukasi Nonformal. Selain itu, media sosial juga dapat meliputi berbagai aspek, seperti hiburan, gaya hidup, bisnis, bahkan menjadi media pendidikan. Media sosial dapat menjadi media untuk mengekspresikan kreativitas, yang memungkinkan banyak orang untuk berekspresi dengan berbagai cara seperti dengan mengunggah foto, blog, artikel, video, maupun audio. Hal ini membantu banyak orang untuk lebih mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuannya. Kita dapat berinteraksi dengan siapa saja di dunia dengan menggunakan media sosial, banyak platform yang mendukung untuk dapat berhubungan dengan orang yang berada di daerah ataupun negara lain. Pada zaman sekarang, media sosial juga dapat menjadi peluang kerja yang menguntungkan yang juga menjadi media promosi.
Bagi beberapa orang, media sosial merupakan tempat kerja yang menyenangkan karena mereka dapat mengekspresikan diri sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Di samping banyaknya manfaat positif yang dimiliki oleh media sosial, ada pula dampak negatif yang dapat merugikan para penggunanya. Mulai dari kejahatan cyber-bullying, menjadi asosial, maraknya informasi palsu, hingga membuat hidup lebih konsumtif. Salah satu fenomena yang tengah hangat kali ini adalah adanya istilah flexing. Flexing adalah sikap seseorang yang senang memamerkan apa yang ia miliki dan dibagikan di media sosial secara berlebihan.
" Darmalaksana menambahkan bahwa perilaku tersebut hanya menimbulkan perbincangan dan kritik. Selain itu, perilaku flexing atau suka pamer tidak mencerminkan etika yang baik dan melanggar norma yang ada dalam masyarakat. Tidak hanya menimbulkan perbincangan dan kritik bagi pembuat konten, flexing juga dapat memberikan efek negatif bagi pengguna lain, seperti hilangnya rasa percaya diri, menjadi pribadi yang konsumtif, timbul rasa iri dan dengki, serta perilaku ikut-ikutan. Apabila terus dibiarkan, fenomena ini dapat menggeser fungsi utama dari media sosial itu sendiri, yakni sebagai media untuk menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi orang lain. Untuk itu, perlu adanya kampanye terhadap fenomena yang tengah marak ini. Kampanye terkait fenomena ini dapat membantu para pengguna media sosial untuk lebih cerdas, cermat dan bijaksana dalam menggunakan media sosial.
Adela Hapsari Banowati, seorang mahasiswi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta mengutarakan bahwa maraknya penggunaan media sosial di kalangan masyarakat tentu harus diimbangi dengan pengetahuan yang baik, agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal negatif yang ditimbulkan media sosial itu sendiri. Untuk dapat menjadi pengguna media sosial yang cerdas, cermat, dan bijaksana, perlu diperhatikan hal-hal berikut ini
(1) memilah konten sebelum diunggah di media sosial
(2) melindungi privasi isi konten saat diunggah dimedia sosial
(3) menjaga norma yang berlaku di masyarakat