Mohon tunggu...
Ade Irawan
Ade Irawan Mohon Tunggu... Konsultan / Pengamat Kebijakan Publik / Kaum Satirisme

Pengamat jalanan yang tersakiti

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan Rakyat, Antara Perjuangan dan Anarki (Democracy atau Democrazy)

31 Agustus 2025   10:35 Diperbarui: 31 Agustus 2025   10:35 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Peristiwa yang terjadi sejak 25 Agustus hingga tadi malam patut dicatat sebagai koreksi keras bagi wajah demokrasi kita. Demonstrasi yang semula diklaim sebagai Gerakan Rakyat Terpimpin dan merupakan sebuah gerakan yang diharapkan terarah, disiplin, dan berbasis nilai perjuangan, justru berubah menjadi rentetan aksi destruktif. Rumah pejabat negara, mulai dari anggota DPR hingga Menteri Keuangan, menjadi sasaran penjarahan. Gedung-gedung DPRD di berbagai daerah dibakar, sementara fasilitas publik yang dibiayai oleh rakyat justru ikut dirusak.

Jika ditinjau dari perspektif gerakan sosial, transformasi semacam ini menunjukkan pergeseran dari collective action yang terorganisir ke dalam collective violence yang bersifat emosional. Padahal, syarat utama gerakan rakyat yang demokratis adalah adanya kepemimpinan moral, disiplin massa, serta orientasi pada perubahan kebijakan, bukan sekadar pelampiasan amarah.

Demokrasi pada dasarnya menyediakan ruang yang luas untuk menyampaikan aspirasi. Dalam kerangka deliberative democracy, suara rakyat ditempatkan sebagai bagian dari dialog publik, bukan sebagai teror yang menciptakan ketakutan. Namun ketika ruang ekspresi itu disalahgunakan menjadi ruang destruksi, nilai demokrasi justru terciderai. Alih-alih memperkuat legitimasi rakyat, tindakan anarkis hanya melahirkan stigma bahwa rakyat tidak siap berdemokrasi.

Yang paling dirugikan tentu bukanlah elite yang ditentang, melainkan rakyat kecil itu sendiri. Pedagang kehilangan lapak, pekerja harian terhalang mencari nafkah, dan masyarakat luas harus menanggung kerugian fasilitas publik. Gerakan yang mestinya mengoreksi ketidakadilan justru menambah beban ketidakadilan baru.

Karena itu, penting ditegaskan: perjuangan rakyat yang sejati harus dijaga dalam bingkai disiplin, akal sehat, dan moralitas. Tanpa itu, yang tersisa hanyalah kerumunan emosional yang meninggalkan jejak kerusakan. Dan ketika itu terjadi, kita tidak lagi berbicara tentang Gerakan Rakyat Terpimpin, melainkan tentang demokrasi yang kehilangan arah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun