Siang itu suasana di kelas agak sejuk. Padahal kampung asal saya terletak di pesisir utara tanah Jawa. Sebuah kota kecil 100 mil-an dari ibukota negara. Kota kelahiran saya Pamanukan. Yang namanya daerah pantai pasti panas. Tapi hari itu lain. Tidak seperti biasanya. Hujan dari pagi penyebabnya. Walau kini yang tersisa hanya gerimis, restan dinginnya masih terasa sampai saat itu. Jam di depan kelas menunjukan ke angka sebelas lebih empat belas menit. Waktu itu saya kelas 5 SD.
Pa Djumari, wali kelas saya, sedang menerangkan pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Kebetulan yang dibahas pelajara Ilmu hayat (Biologi). Dengan logat jawanya yang masih medok, dia membahas tentang metode ilmiah. Pa Djumari memang belum lama menjadi guru di sekolah saya. Baru dua tahun. Jadi lidahnya masih terbiasa dengan bahasa di tempat asalnya: Yogyakarta. Dan bicaranya masih ngapak.
Itu kali pertama saya mendengar istilah metode ilmiah. Sebuah metode sains yang menggunakan langkah-langkah ilmiah dan rasional untuk mengungkapkan suatu permasalahan yang muncul dalam pemikiran kita. Merontokan teori-teori yang sudah usang untuk digantikan dengan teori-teori kekinian.
Seringkali dikatakan bahwa metode ilmiah moderen ditemukan pada awal Abad ke-17 oleh Francis Bacon dan Rene Descartes . Oh iya, untuk nama yang belakangan disebut kita sudah kenalan di tulisan saya sebelumnya. Descartes sang penemu koordinat Kartesius. Ya, mereka berdua diyakini yang pertama kali memperkenalkan metode ilmiah.
Seperti biasa dijelaskan bahwa pendekatan dalam penyelidikan suatu fenomena alam, baik untuk memahami ilmu pengetahuan baru, atau untuk memperbaiki dan menggabungkan ilmu lama, adalah berdasarkan pada pengumpulan data melalui pengamatan dan pengukuran yang kemudian diikuti oleh tahap formulasi dan pengujian hipotesis untuk menjelaskan data yang didapat.
Dan ternyata metode ilmiah tidak hanya bisa diterapkan dalam biologi saja. Sains yang lainnya juga bisa mengaplikasiannya. Seperti: Astronomi, Ekologi, Fisika, Geologi, Ilmu bumi ,dan Kimia. Â Bahkan metode ilmiah ini pun bisa di pakai pada ilmu-ilmu sosial.
Tahapan-tahapan dalam metode ilmiah adalah: merumuskan masalah, menyusun kerangka berpikir, menyusun hipotesis,  melakukan eksperimen, menarik kesimpulan, eksperimen lanjutan atau eksperimen ulang, dan yang terakhir mempublikasikan hasil penelitiannya sebagai sebagai salah satu sumbangan untuk dunia keilmuan. Agar masyarakat  keilmuwan bisa mengujinya. Yang pada gilirannya akan melahirkan dua sikap: Mendukung teori baru itu atau menolaknya. Dan penolakan itu tentunya harus dibuktikan juga dengan metode ilmiah lainnya. Jadi semacam lingkaran tak bertepi.
Dengan metode ilmiah sebagai paradigma, maka ilmu dibandingkan dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya dapat dikatakan berkembang dengan sangat cepat. Salah satu faktor yang mendorong perkembangan ini adalah "faktor sosial dalam komunikasi ilmiah", dimana penemuan individual segera dapat diketahui dan dikaji oleh anggota masyarakat ilmuwan lainnya. Tersedia berbagai alat komunikasi tertulis dalam bentuk majalah, buletin, jurnal, mikro film, dan berbagai media massa lainnya yang sangat menunjang intensitas dan efektivitas komunikasi ini.
Suatu penemuan baru (new discovery) di dalam sebuah negara, misalnya, segera dapat diketahui oleh ilmuwan-ilmuwan di negara-negara lainnya. Penemuan ini segera dapat diteliti kebenarannya oleh kalangan ilmiah di mana saja, sebab prosedur untuk menilai kesahihan (keabsahan) pernyataan yang dikandung oleh pengetahuan tersebut sama-sama telah diketahui oleh seluruh masyarakat ilmuwan.
Teori-teori baru bermunculan menggantikan teori-teori lama . Begitu juga untuk teori baru itu, seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terbantai pula oleh teori baru yang menyusulnya. Semua dan segala berdialektika. Â Tak ada yang abadi. Yang abadi hanya perubahan. Jadi, selama teori yang baru itu belum terbantahkan, teori itu dianggap teori yang benar. Sampai saatnya tiba, tergerus oleh kemunculan teori baru lainnya.
Dialektika  sebuah teori adalah kemestian sejarah. Jadi, Dialektika sebuah teori adalah lokomotif perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salam Dari Benteng Betawi