Oleh: Ade Imam Julipar
17-11-17
Syahdan tersebutlah seorang Panglima Perang dari Romawi. Satu ketika pada suatu pertempuran di sebuah pantai Britania , dia bersama pasukannya menghadapi musuh yang jauh lebih kuat. Baik dari segi persenjataan maupun jumlah pasukan.
Secara kasat mata, tak ada peluang untuk menang berperang. Kalaupun ada, tipis sekali. Â Para pasukan langsung jatuh mentalnya. Jika dipaksakan bertempur, sama saja dengan mengantarkan nyawa ke musuh. Mereka sudah kalah sebelum bertanding.
Setelah termenung sepeminuman teh, Â dengan lantang dia berteriak menyuruh pasukannya untuk membakar kapal mereka sendiri yang baru saja sepenanakan nasi berlabuh.
"Bakar semua perahu yang sudah kamu daratkan!"
Sontak saja para pasukan pun kaget bukan kepalang. Kalau kapal dibakar bagaimana nanti mereka pulang. Tetapi perintah tetaplah sebuah perintah. Walaupun dengan ragu di dada, akhirnya dibakarlah semua kapal sampai hanya puingnya yang tersisa. Kapal --kapal itu  hangus sudah bersama impian para pasukan untuk bisa kembali ke kampung halaman bertemu dengan keluarga tercinta.
Dengan kondisi mental seperti itu, kondisi mental yang tidak bisa pulang, para pasukan pun mendatangi tempat musuh. Menyerang dengan semangat tinggi . Tak ada sedikitpun rasa gentar bercokol di dada. Mereka bertempur habis-habisan. Sang Panglima bertempur di barisan paling depan dengan gagahnya. Dalam benak mereka hanya satu: Memenangkan pertempuran! Karena harapan untuk pulang tertutup sudah. Tak ada kapal yang akan membawa mereka pulang.
Dan, akhirnya, sejarah pun mencatat: Dengan strategi bakar kapal, Sang Panglima pun memenangkan pertempuran. Memang benar ungkapan dari para Bijak yang mengatakan: Sejarah ditulis oleh para pemenang. Dan panglima itu adalah: Julius Sitanggang, eeh salah,Julius Caesar.
Julius Caesar adalah pemimpin militer sekaligus ahli politikRomawi .
Debut pertama kemiliterannya adalah melakukan penyerangan ke Britania. Julius Caesar juga yang kali pertama memperkenalkan pengaruh Romawi terhadap Perancis , sebuah pencapaian yang akibat langsungnya masih terlihat sampai sekarang.
Strategi bakar kapal pernah juga diterapkan olehHernando Cortez. Hernando Cortez  memimpin pasukannya dalam menaklukkan bangsa Aztecs untuk merebut emas. Ia membakar 11 kapal yang membawa pasukannya mencapai daratan Mexico. Dengan demikian tidak ada pilihan untuk mundur, jalan hanya satu arah yaitu : Maju kedepan.
Hasil dari strategi bakar kapal Hernando Cortez, sampai sekarang bahasa resmi yang dipakai di Mexico adalah bahasa Spanyol. Ini menunjukkan betapa berhasilnya Hernando Cortez menerapkan strategi bakar kapal dalam upaya menaklukkan Mexico yang menjadi jajahan Spanyol sampai beratus tahun kemudian.
Dalam tradisi Militer Cina kita mengenal nama besar Sun Tzu. Sun Tzu adalah icon dari sejarah dan budaya Cina. Dalam salah satu teori perangnya, Pengarang The Art of War ini pernah mengatakan: "Jika menghadapi musuh yang terjepit dan putus asa lebih baik kita lepaskan. Kenapa? Karena ketika kita menghadapi orang yang sudah putus asa dan tertekan secara tidak langsung akan memunculkan keberanian dan kekuatan baru. Karena secara tidak langsung orang yang sedang tertekan dan putus asa tidak mempunyai beban apa-apa lagi."
Strategi bakar kapal ini bisa kita terapkan pada diri kita dalam menghadapi kehidupan. Kapal bisa kita ibaratkan sesuatu yang menghalangi kita untuk maju, berkembang , dan menang. Bisa jadi kapal itu adalah: Kecemasan kita, ketakutan kita, Â atau sesuatu dari masa lalu yang membuat kita ingin kembali. Dan sesuatu itu jelas-jelas akan membebani langkah kita untuk menaiki tangga-tangga keberhasilan dalam hidup.
Saya jadi teringat ucapanJohn C Maxwell yang mengatakan:
"Kekhawatiran akan menghambat tindakan, tiadanya tindakan menuntun pada tidak adanya pengalaman, tiadanya pengalaman menuntut kita pada ketidaktahuan dan ketidaktahuan akan melahirkan kekhawatiran".
Sebuah lingkaran setan tak bertepi. Kekhawatiran akan beranak pinak tak jauh dari induknya.Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga.
Jadi, semua ketakutan dan kekhawatiran, Bakarlah! Ternyata tidak melulu rokok yang harus dibakar. Ciptakan sebuah kondisi dimana tidak ada satu celah pun untuk berbalik. Yang ada: terus maju. No point to return.
Salam Dari Pinggiran Kali Cisadane.