Kita telah memasuki sepuluh malam kedua di Bulan Suci Ramadhan. Bulan yang juga dikenal sebagai bulan mentarbiyah (mendidik/melatih) diri ini memberikan kita semangat yang berlipat-lipat untuk melaksanakan ibadah.
Sebagai bulan tarbiyah, Ramadhan memiliki nilai-nilai kurikulum yang dapat kita hayati dalam mendidik diri kita. Sebagaimana kurikulum pendidikan, Ramadhan memiliki landasan, cara, dan tujuan. Berikut ini kurikulum Ramadhan yang bisa kita hayati nilai-nilainya dalam rangka mendidik diri:
1. Ramadhan sebagai Bulan Ibadah
Dikutip dari NU Online, ibadah-ibadah itu sendiri terbagi menjadi dua, yakni ibadah mahdhah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah merupakan ibadah yang cenderung tidak dapat dijangkau oleh akal, dan tujuannya semata-mata pada aspek penghambaan kepada Allah. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah merupakan ibadah yang dapat dijangkau oleh akal, yang kerap kali juga memiliki tujuan pada aspek sosial.
Puasa sendiri dikategorikan sebagai ibadah mahdhah. Kita tidak menemukan jawaban logis (sampai sains modern menemukan manfaat puasa bagi kesehatan tubuh) mengapa kita harus menahan lapar dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, selain karena Allah memerintahkan itu kepada kita.
Dengan begitu, penghambaan kepada Allah merupakan landasan dari kurikulum Ramadhan.
2. Menahan Diri sebagai Metode
Melalui cara itu, nafsu kita ditekan, tubuh kita dipaksa untuk menderita. Agar apa? Agar kita tahu bagaimana rasanya kelaparan.
Rasa lapar yang dilandasi ibadah itu akan melahirkan kepekaan sosial. Kepekaan sosial itulah yang dibutuhkan oleh masyarakat kita dewasa ini. Mereka yang menghayati nilai-nilai Ramadhan sebagai wahanan mendidik diri akan menahan diri dari berlebih-lebihan, dan menahan diri dari membuat orang lain kelaparan dengan merampas hak mereka.