Mohon tunggu...
Ade Tjahyono Bakri
Ade Tjahyono Bakri Mohon Tunggu... Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Sebuah Pelajaran Berharga dari Kata "Nasi Menangis"

11 November 2020   19:10 Diperbarui: 12 November 2020   12:58 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh juemi dari Pixabay

Jangan disisakan nasi itu. Harus dimakan sampai habis. kalau makan, jangan buru-buru. Pelan-pelan saja, tuh sebagian nasi itu tertinggal, ada yang jatuh ke lantai. Kasian nasinya. Harusnya ia ikut bersama teman-temannya. Tapi karena kamu buru-buru memakannya, biji/butir nasi yang lain ketinggalan.

Kenapa dibiarkan? Kalau makan, jangan dibiarkan satu biji nasi tertinggal di piring atau jatuh ke lantai. Kamu tahu, kalau nasi itu tak di makan sampai habis, atau sebagian nasi itu tertinggal, nasi itu akan menangis.

Kata-kata itu terekam baik dalam ingatan. Saya percaya bahwa, makanan yang tak di makan sampai habis atau disisakan. Makanan itu akan menangis.

Mungkin terdengar aneh, “nasi menangis”. Kata-kata tersebut  mirip kata-kata kiasan. Seperti. Kepala batu. Buah tangan. Buah bibir.

Walaupun seperti ada kemiripan kata "nasi menangis" saya tak temukan dalam kamus bentuk-bentuk kata kiasan. Barangkali  “nasi menangis” digunakan sebagai kata atau bahasa perumpamaan yang di tujukan kepada sesuatu benda, sama halnya dengan manusia, yang apabila di perlakukan dengan buruk atau semena-mena. Ia pun akan menangis.

Kata tentang nasi menangis yang terdengar dari nenek sewaktu kecil itu memberi pelajaran berharga bagi saya. Kata-kata itu pun Membentuk karakter diri saya, hingga sekarang (dewasa).

Sehingga ketika makan, misalkan, saya selalu perhatikan nasi itu, saya takut kalau ada sebagian yang tertinggal di piring. Kalaupun ada yang tertinggal, saya pasti ambil dan memakannya, walaupun hanya sebiji nasi.

Hal yang sama juga saya lakukan pada makanan yang lain. Apapun makanan yang saya makan, saya perhatikan, agar tak jatuh atau tertinggal.

Pernah suatu ketika, ada teman melihat saya mengambil makanan snack (makanan ringan) yang jatuh ke lantai, lalu memakannya.

Teman saya menegur, "Kenapa mengambilnya, itu, kan, sudah kotor?"

Saya hanya menjawab singkat. "Kan, belum lima menit jatuhnya, hehe..".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun