Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mati: Bukanlah sebuah akhir kehidupan

18 Agustus 2020   14:19 Diperbarui: 8 September 2020   15:42 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:Motivasee.com

Bagi mereka, dengan adanya kematian. Apa-apa yang telah dimiliki, menjadi sia-sia. Kematian  datang merenggut semuanya. Keluarga, teman, kekasih, pekerjaan dan lain-lain. Agar semua itu terus dapat di dimiliki selamanya. –Adalah dengan  mendapatkan kehidupan abadi. Kehidupan yang tidak menua dan mati.

Kini, kita tahu bersama bahwa, di era 4.0 memasuki 5.0. Di media sosial banyak kita jumpai Informasi-informasi membuat kita tersentak.  Para ilmuan, dengan segala perangkat modern melakukan eksperimen. Menguji transplantasi organ dengan organ buatan. Dengan Nanoteknologi  menumbukan sel-sel baru.  Upaya Cyogenics, yaitu  membekukan pikiran dan tubuh manusia dan ‘mengawetkannya’ hingga sampai waktu tertentu. Memprogram ulang sel, agar tidak menua. Uji genetika, menciptakan manusia Hybrid, dan segala eksperimen lainnya. Kesemuanya itu dilakukan agar dapat menciptakan teknologi yang dapat membuat hidup abadi. Tidak menua dan terhindar dari kematian.

                                              ***

Kita mungkin akan bertanya-tanya, apakah kematian merupakan hal yang buruk sehingga harus mencari cara agar terus hidup?
Apakah kehidupan yang abadi itu menyenangkan?

Kalau kita coba berpikir dan renungkan. Kebanyakan dari kita tidak menyadari bahwa Kematian adalah ikhtiar kita ( sadar ataupun tidak). ketika kita terlahir ke dunia ini, otomatis kematian menjadi sebuah keniscayaan. Apapun yang kita lakukan di dunia,  itu merupakan sebuah ikhtiar untuk menuju  kematian. Misalkan dalam hal makan. Kita memilih tidak makan, ataupun makan. Kita pasti akan mati juga. Dengan tidak makan, tubuh kita kekurangan energi yang bisa menyebabkan kematian, begitupun ketika kita makan. Ketika makan, nutrisi yg tersuplai dalam tubuh, membuat sel-sel dalam tubuh terus berkembang dan lama-kelamaan tubuh makin menua, lalu berakhir dalam kematian .

Begitupun dengan "Kehidupan yang kekal". Itu tidak akan membuat kita menjadi bahagia, hidup yang kekal, hanya akan membuat kita terasing dengan diri sendiri dan lingkungan, kita terjebak di dalam hidup yang tanpa tujuan (Nihilisme). 

Saya rasa, ada baiknya kalau kita sedikit belajar dari Para Sufi. Bagaimana mereka memaknai  tentang  Jiwa dan juga Kematian.

Dalam pandangan para sufi, jiwa merupakan hal yang lebih eksistensial dari pada jasad. Tanpa jiwa, kita seperti robot, atau hanya bentuk-bentuk fisik saja. Seperti Ungkapkan  Sa'di asy-Syirazi ( Sufi, Penyair persia):

Badan manusia mulia karena ruhnya,
Tubuh yang indah bukanlah tanda kemanusiaan
Jika manusia itu (disebut) manusia
Karena mata, telinga atau lidahnya
Maka apa bedanya, Antara manusia dan gambar manusia di dinding.

Dengan ini. kita tahu bahwa, jasad hanyalah pakaian bagi jiwa.  Kapanpun pakaian itu bisa saja lepas. Karena tanpa jiwa, pakaian (jasad) tidak berarti sama sekali. Jiwalah yang merupakan hakikat dari diri kita. Karena Dengan adanya jiwa, kita bisa memaknai hidup dan kehidupan. Memaknai sisi kemanusian  kita. Mencari tahu apa artinya kematian bagi kita?

Dalam hal kematian. Para Sufi mengatakan bahwa: kematian adalah awal kehidupan, bukanlah akhir dari kehidupan. Sehingga Kematian merupakan perjalanan pulang kita.
Seperti kata Abdu’l-Khaliq Ghijduwani – Al Junayd, sufi abad ke-9:
Perjalanan kita adalah perjalanan menuju asal-usul, sebuah perjalanan pulang. Selalulah ingat bahwa diri kita sedang berjalan dari dunia yang terlihat menuju dunia Kasunyatan yang tak-terlihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun