Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Secercah Asa Sajuta

14 September 2022   18:05 Diperbarui: 14 September 2022   18:20 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kenaikan harga BBM membuat sebagian masyarakat mulai merasa resah. Sesuatu yang wajar manakala diri sedang berjuang menghadapi beban yang ada lagi-lagi mendapat beban baru yang datang secara dadakan. 

Sebagian masyarakat baru saja bangkit setelah selama dua tahun dilanda Pandemi dan banyak yang terkena imbas dari perekonomian yang menurun selama wabah itu menjadi viral. Bagaimana tidak, saat Pandemi melanda dunia Pendidikan khususnya lembaga PAUD mengalami kemerosotan jumlah siswa. Bahkan ada beberapa lembaga Pendidikan PAUD yang terpaksa harus ditutup karena tidak memiliki siswa. 

Turut miris dan prihatin pada lembaga-lembaga Pendidikan yang terpaksa ditutup tersebut. Awal Pandemi di tahun 2020 an jumlah siswa di lembaga Pendidikan di sekitar tempat wilayah saya berdomisili mulai mengalami keguncangan. Salah satu sebabnya karena banyaknya lembaga Pendidikan PAUD sejenis yang bertumbuh. 

Namun, seiring waktu berjalan tak menyangka jika Pandemi akan bertahan selama lebih kurang dua tahun lamanya. Selama waktu itulah mulai terjadi perubahan penurunan jumlah siswa yang bersekolah di lembaga PAUD.

Ya, lembaga PAUD di sekitar wilayah domisili saya beragam fasilitasnya. Ada lembaga yang berbiaya mahal hingga berbayar setiap kehadiran. Dengan adanya kejadian luar biasa mengakibatkan ada beberapa wali murid yang mengalami PHK efek dari efisinesi Perusahaan memilih untuk mencoba bertahan di masa Pandemi.

Orang tua terpaksa harus bisa mengencangkan ikat pinggangnya mengatur keuangan yang ada. Pada akhirnya sampailah pilihan untuk tidak menyekolahkan buah hati di lembaga PAUD dengan alasan toh hanya PAUD tidak begitu penting.

Akibat pilihan Orang tua yang  harus mengurangi orientasi keuangannya dengan tidak mendaftarkan buah hati bersekolah di PAUD ini menjadi penyebab beberapa lembaga PAUD mengalami penurunan drastis jumlah penerimaan siswa barunya.

Kiat lembaga PAUD yang bertahan selama Pandemi adalah dengan menekan pengeluaran biaya kebutuhan belanja sekolah. Untung saja Pemerintah memberikan suntikan dana berupa BOP Bantuan Operasional Penyelenggaraan bagi PAUD.

Sayangnya suntikan dana stimulus BOP ini hanya diberikan pada lembaga PAUD yang sudah berizin. Jadi bagi lembaga PAUD yang sedang merintis dengan fasilitas sekolah swadaya mengalami penurunan jumlah siswa hingga pada akhirnya perlahan lembaga yang belum berizin ini tenggelam dengan sendirinya.

Tetapi beberapa lembaga yang sudah berizin pun mengalami penurunan jumlah siswa dan ada juga yang harus ditutup dahulu sementara waktu hingga pulih dan memiliki jumlah siswa minimal 10 siswa agar lembaga PAUD tersebut bisa kembali beroperasional.

Bagaimana dengan nasib para pejuang tanpa tanda jasa yang lembaganya harus ditutup, terlebih Guru tersebut sudah mendapatkan tambahan kesejahteraan dari Kemendikbud berupa tunjangan sertifikasi?

Pada masa dua tahun lalu sejak Pandemi menghampiri Negeri tercinta, beberapa Guru mengalami mutasi demi menyelamatkan tetap bisa mendapatkan tunjangan kesejahteraan  dari Pemerintah. Sudah bukan rahasia umum untuk urusan kesejahteraan Guru PAUD yang memiliki sebuatan gajinya "sajuta" SAbar, JUjur, TAwakal. 

Pemberian uang kesejahteraan berupa dana sertifikasi sedkitnya membuat Guru PAUD merasa diperhatikan oleh Pemerintah. Memang dana stimulus itu datangnya tidak menentu tetapi kehadirannya sangat dinantikan para pejuang Pendidikan yang bergelelar "sajuta".

Pemerintah pun memberikan dana stimulus bagi Guru PAUD yang dicairkan oleh Guru di bank-bank yang telah ditunjuk. Besaran dana BSU yang diterima bisa sedikitnya membantu Guru membeli keperluannya. Lagi-lagi tidak semua Guru PAUD menerima dana kompensasi ini. Ada syarat lembaganya harus sudah berizin.

Dana BSU yang turun untuk kompensasi selama satu tahun anggaran. Sedangkan kebutuhan hidup terus terpakai dalam kesehariannya. Guru harus mengencangkan ikat pinggangnya dan pandai mengelola keuangan yang ada. Semua harus tetap disyukuri.

Dengan kenaikan BBM yang sedang hangat-hangatnya menjadi topik berita saat ini, ada sebuah berita yang membuat para Guru PAUD mulai mendapat semangat baru. 

Ya, Pemerintah rencananya sedang mengupayakan memberikan dana stimulus berupa BSU kembali bagi para Guru. kategori penerima dana BSU adalah gaji yang diterima setiap bulannya kurang dari UMR artinya gelar "sajuta"memang melekat pada Guru PAUD. 

Tetap mensyukuri apa yang menjadi rezeki Guru PAUD, tidak melulu berupa cuan Rupiah yang diterima tiap bulannya. Ada pintu rezeki yang besar yang sangat disyukuri Guru PAUD yaitu nikmat sehat walafiat dalam menjalankan tugas mulia.

Semoga janji Pemerintah untuk memberikan dana stimulus sebagai kompensasi kenaikan harga BBM bagi Guru PAUD khususnya akan segera terealisasi. Semoga kali ini semua Guru mendapatkan dana tersebut secara merata dan bagi lembaga PAUD yang belum berizin segera mendapat tambahan modal untuk mengurus izin Operasinalnya sehingga para Gurunya bisa menikmati dana stimulus dari Pemerintah. 

Pintu-pintu rezeki itu sangat lah luas bagi hamba-Nya yang senantiasa bersyukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun