Mohon tunggu...
Ade Kurniawan
Ade Kurniawan Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

ingin banyak belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemberdayaan Keluarga Kaum Dhuafa guna Mengentaskan Kemiskinan

25 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 25 Januari 2021   17:17 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diatas merupakan kondisi rumah Bapak Slamet/dokpri

Penulis : Ade Kurniawan, Ari Prasetyo, Nila Rosana 

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Email : adepramukadewantara@gmail.com , prasetyoalfarizi5@gmail.com , nilarosana09@gmail.com

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang sangat kompleks dan harus segera mendapat penanganan yang tepat agar dapat teratasi. Indonesia sebagai negara berkembang dan memiliki jumlah penduduk yang besar tentu tidak dapat terhindar dari masalah tersebut. Ini dibuktikan dengan jumlah penduduk miskin yang besar. Upaya pengentasan kemiskinan , salah satu yang menjadi fokus utama dalam Islam adalah adanya ajaran tentang pemberdayaan ekonmi umat yang lemah . Islam memandang sumber daya manusia secara personal menjadi agen utama dalam memberdayakan umat. Sebagai umat manusia juga tentunya kita harus saling tolong-menolong . Dengan adanya kegiatan pemberdayaan kaum duafa ini tentunya kita dapat mengentaskan kemiskinan pada keluarga duafa dan dapat menjadi sarana dakwah untuk kita semua.

Kata kunci : pemberdayaan, kaum duafa

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN 

Kesadaran kita untuk saling berbagi , tidak saja merupakan sikap mulia yang diajarkan agama. Lebih jauh dari itu, pikiran dan naluri manusia sebagai makhluk sosial selalu menuntut kita untuk bersikap peduli terhadap segalah penderitaan, kekurangan dan keterbatasan yang dirasakan sesama. Ada sisi lain dari batin kita yang ikut menderita atau merasa bersalah ketika kita memiliki dan merasakan kemudahan hidup dengan berbagai fasilitasnya, sementara disaat yang sama kita tahu, ada di sekitar kita yang bahkan hanya untuk memenuhi kehidupan pokok pun terasa sulit.

Melihat tingginya angka kemiskinan di Indonesia maka, untuk membantu mengurangi angka kemiskinan yang ada di Indonesia , salah satunya yaitu pemberdayaan keluarga kaum duafa . keluarga duafa adalah golongan manusia yang senantiasa hidup dalam zona kemiskinan , ketertindasan, ketidakberdayaan, kelemahan dan penderitaan yang terus menerus , contohnya adalah fakir miskin, anak terlantar , orang cacat dan anak-anak yatim. Oleh karena itu pantaslah bagi mereka untuk diberdayakan , guna mengurangi angka kemiskinan yang ada di Indonesia .

Allah berfirman, bahwa :"Tahukah engkau, hai Muhammad orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim (Al-Ma'un;2). Yakni dialah yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak memberi makan serta tidak memperlakukannya dengan perlakuan yang baik."dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin"(Al-Ma'un;3).

Sesuai firman Allah yang tertera pada surah Al-Ma'un , jangan sampai kita menjadi orang yang mendustakan agama. Maka tolong menolonglah dalam kebaikan, salah satu kegiatan yang di adakan oleh Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka yaitu pemberdayaan kaum duafa untuk meningkatkan sikap saling tolong menolong terutama dalam mengentaskan kemiskinan. Adapun keluarga kaum duafa yang kami fokuskan dalam pemberdayaan ini yaitu keluarga Bapak Slamet Satiri yang tinggal di daerah sunter muara . Bapak Slamet satiri atau biasa disapa mang otong hidup dalam kondisi yang kekurangan. Ia bekerja serabutan dan harus membayar kontarakan tempat ia tinggal dan menghidupi anak-anaknya. Salah satu anaknya adalah penyandang tuna rungu dan wicara. Pendapatan mang otong tidak menentu dan kondisinya yang sudah lanjut usia serta mulai berkurang pendengarannya, maka dari itu kelompok kami memutuskan untuk membantu keluarga mang otong. Kelompok kami juga memberdayakan mang otong untuk bekerja di pengelola bank sampah untuk menambah penghasilan mang otong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun