Mohon tunggu...
Ade TegarSaputra
Ade TegarSaputra Mohon Tunggu... Guru - Physics Teacher

Education enthusiastic

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Fisika Tanpa Rumus dan Perhitungan: Apakah Bisa?

29 April 2023   13:50 Diperbarui: 29 April 2023   14:05 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pembelajaran fisika sangat identik dengan persamaan dan perhitungan. Hal ini yang kadang membuat peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar karena tidak hanya konsep fisika yang harus dipahami namun juga harus memiliki ketrampilan numerasi yang baik agar dapat menyelesaikan masalah dalam fisika. Tidak hanya itu, hal ini membuat fisika merupakan pelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian besar peserta didik. 

Sebenarnya salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar fisika peserta didik adalah pembelajaran yang hanya berfokus kepada persamaan dan penyelesaian soal fisika tanpa memperdulikan konsep dasar fisika. Pembelajaran masih terlalu berfokus pada penyelesaian soal dari pada pemahaman konsep peserta didik. Hal ini yang seharusnya dapat mulai diganti dalam proses pembelajaran fisika dalam kelas.

Pergantian kurikulum yang katanya dapat memerdekakan peserta didik seharusnya menjadi semangat bagi para penggiat pendidikan untuk menciptakan pembelajaran fisika yang berfokus pada pemahaman konsep yang mendalam dari pada hanya sekedar menyelesaikan konsep. Hal ini di dukung dengan pengurangan materi fisika pada kelas X yang tadinya 12 Bab dalam dua semester menjadi 4 Bab dalam dua semester. 

Hal ini memungkinkan pendidik untuk merencanakan pembelajaran yang tidak hanya sekedar ceramah namun juga dapat menerapkan model belajar project based learning yang selama ini sulit diterapkan karena terkendala waktu. Salah satu projek ringan yang dapat diberikan pada peserta didik pada sekolah yang belum terbiasa dengan model tersebut adalah projek membuat karangan atau cerita.

Dalam pembelajaran fisika pembuatan karangan atau cerita agak sedikit melawan kebiasaan. Fisika yang dalam mindset terkenal dengan persamaan dan perhitungan akan dibelajarkan dengan cerita. Namun kembali lagi tujuan awal adalah membuat pembelajaran fisika tidak hanya sekedar penyelesaian soal namun juga harus memiliki pemahaman konsep fisika itu sendiri. Pembelajaran fisika dengan teknik bercerita di kelas saya adalah rangkaian pembelajaran dalam sebuah siklus pembelajaran. 

Dimana teknik bercerita dilakukan setelah peserta didik belajar seluruh materi gelombang bunyi. Teknik ini dilakukan agar peserta didik memahami aplikasi konsep gelombang bunyi yang sudah dipelajari dalam fenomena sehari-hari. Misalnya konsep dari efek Doppler, peserta didik pastinya akan sering sekali bertemu dengan fenomena ini pada kehidupan sehari-hari. Karena peserta didik mengalami sendiri fenomena tersebut, konsep efek Doppler terlihat lebih nyata dan ketika ditampilkan kembali persamaan peserta didik diharapkan tidak hanya menghafalkan persamaan namun juga memahami makna fisis dari persamaan tersebut.

Kelas yang saya gunakan dalam pengimplementasian teknik bercerita ini terdiri dari 23 peserta didik, dengan 8 peserta didik laki-laki dan 15 peserta didik perempuan. Peserta didik menceritakan pengalaman pribadi mereka dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan konsep efek Doppler, pelayangan gelombang, intensitas bunyi dan taraf intensitas bunyi. Karangan minimal terdiri dari empat paragraf setiap paragraf terdiri minimal 4 kalimat. Dalam implementasinya di kelas beberapa peserta didik laki-laki agak kesulitan menuangkan ide mereka ke dalam sebuah paragraf. 

Dalam hal ini peserta didik tersebut harus dibantu oleh guru untuk menuliskan ide ke dalam sebuah paragraf. Sementara peserta didik lain tidak terdapat kendala dalam menuliskan ide dalam sebuah paragraf. Setelah semua peserta didik menyelesaiakan paragraph yang mereka buat, beberapa peserta didik menceritakan cerita di depan kelas dan menjelaskan fenomena yang berhubungan dengan gelombang bunyi dalam cerita tersebut. Peserta didik lain memberi tanggapan berupa pertanyaan sehingga memunculkan forum diskusi dalam kelas. Dalam hal ini suasa pembelajaran lebih mendukung dan ramah peserta didik karena mereka belajar dari pengalamannya dalam belajar.

Setelah proses belajar menggunakan teknik bercerita selesai, pendidik memberikan assesmen yang sama dengan pertemuan sebelumnya yang hanya membelajarkan pengertian sebuah konsep, persamaan dari konsep dan latihan soal. Assesmen yang dilakukan berbantuan kahoot agar dapat dilihat perbandingan hasil belajar secara langsung. Hasil belajar peserta didik meningkat dibandingkan sebelumnya. Hal lain yang lebih menarik adalah beberapa pertanyaan yang sebelumnya dianggap sulit berubah menjadi mudah berdasarkan hasil analisis kahoot. 

Sebelum pembelajaran ditutup guru menanyakan pendapat peserta didik dengan pembelajaran yang sudah dilakukan. Sebagian besar peserta didik mengaku senang dalam melakukan proses pembelajaran dan tidak tertekan pada prosesnya. Hal ini menunjukan pembelajaran fisika di kelas saya menggunakan teknik bercerita dapat menjadi pilihan untuk pendidik melakukan variasi pembelajaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun