Mohon tunggu...
Suardi Manyipi
Suardi Manyipi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Protektif. Kadang kadang tak rasional

Journalist Membaca dan menulis adalah dua hal yang harus selalu beriringan dan kini lagi semangat2nya belajar SEO di www.masmedia.xyz

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Enam Tahun Lamanya Menahan Gatal (1)

25 Juli 2019   13:38 Diperbarui: 25 Juli 2019   14:01 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suhardi tiba di RSUD Syekh Yusuf pada 7 Maret dan langsung ditangani DR. Dr. Muji  Iswanty, SH,MH,SpKK, M.Kes. (Dok. Pribadi) 

Kata Suhardi, kala itu ia tak kuasa menahan pedih. Apalagi menjadi beban kakak kandungnya, Risal. Ia mengaku, malu. Harus dirawat hampir enam tahun lamanya oleh kakaknya itu.

Sementara, ia tak bisa berbuat apa-apa lagi. Tak bisa kemana-mana lagi. Belum lagi, tangan dan kaki nyaris lumpuh. Tak bisa digerakkan sama sekali.

"Bisa sebenarnya, tetapi harus saya dipaksakan," ujarnya.

Berpindah tempat beberapa meter pun demikian. Ia mengaku saja harus ngesot. Apalagi, bila diminta bekerja mencari uang. Pasti sudah tak bisa.

"Pedih rasanya," kenang Suhardi.

Namun mau diapa. Kata Suhardi dalam kurung enam tahun itu hampir tak ada orang yang bisa merawatnya. Selain Risal, kakak kandungnya itu.

Tetangganya? Sudah jelas juga tak bisa. Mereka saja susah. Apalagi, jika diminta tolong.

Suhardi tiba di RSUD Syekh Yusuf pada 7 Maret dan langsung ditangani DR. Dr. Muji  Iswanty, SH,MH,SpKK, M.Kes. (Dok. Pribadi) 
Suhardi tiba di RSUD Syekh Yusuf pada 7 Maret dan langsung ditangani DR. Dr. Muji  Iswanty, SH,MH,SpKK, M.Kes. (Dok. Pribadi) 

Semakin getir. Kala keputusasaan hidup Suhardi semakin menggila. Masih gara-gara penyakit kulit itu. Karena, kian hari kian gatal. Gatalnya, nyaris tak tertahan.


"Ya. Pasrah saja. Pasrah, dan pasrah. Karena kalau digaruk malah semakin gatal. Gatalnya, disekujur tubuh. Air mata biasa keluar tak tertahan," kenangnya, pilu.

Penyiksaan semakin berlipat. Kala dalam gubuk yang ia sebut rumah itu, kedua orang tuanya sudah tak ada lagi. Ia hanya berdua dengan kakak kandungnya, Risal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun