Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya bagi setiap diri untuk memperhatikan akhlak yang baik saat berinteraksi dengan sesama. Sebab akhlak yang baik adalah salah satu tujuan utama diutusnya rasulullah Saw kepada umat manusia untuk menyempurnakannya.
Perkara yang pertama: Orang yang bersumpah atasnama Allah kemudian ia mengingkarinya. Dalam hal ini megaskan larangan agar tidak mengucapkan sumpah atas nama Allah jika suatu perkara tersebut hanyalah hal sepele serta agar kita harus bertanggung jawab atas sumpahnya.
Perkara yang kedua: Seseorang yang menjual orang merdeka lalu memakan hasil penjualannya. Kandunga hadits yang kedua ini barang siapa yang menjual hamba lalu ia merahasiakannya dan memakan hasil penjualannya, maka ia berhak mendapat ancaman yang sangat berat dan adzab yang pasti serta tidah beleh menjual orang merdeka bukan budak. (sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnahan-Nabawiyyah, atau Ensikopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 1/272-273).
Perkara yang ketiga: seseorang yang mempekerjakannya pekerja kemudian pekerja menyelesaikannya pekerjaannya namun tidak dibayar. Dalam salah satu fatwa As-Subki dijelaskan.
وارجلو الذي استاجر اجيرا مستوف عمله ولم يعطه اجره بمنزله من استعبد الحر وعطله عن كثير من نوافل العبادة فيشابه الذي باع ثمنه فلذلك حرا فاكل عظم ذنبه
"Seseorang yang mempekerjakan orang lain, ia telah menunaikan tugasnya dengan baik. Akan tetapi orang tersebut tidak memberikan upahnya. Hal ini sebagaimana orang yang memperbudak manusia merdeka. Dia menghalanginya oranglain untuk melakukan ibadah-ibadah sunnah. Ini sama saja dengan orang yang menjual manusia merdeka, kemudian memakan hasilnya. Ini adalah dosa yang sangat besar" (Fatawa As-Subki, 2/377).
referensi: Amir Syariffuddin, Garis-Garis Besar Fikih, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet ke-2, h215-216, Hendi Suhendi, Fikih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada, 2005), cet ke-1h. 114, Sayyid, Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 13, ter. Khahar Masyhur. (Jakarta: Kalam Mulia),
1991), cet. Ke-2. H. 5