Mohon tunggu...
Adam Afrixal Sinuraya
Adam Afrixal Sinuraya Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Penulis Biasa

Seorang pelajar seumur hidup. Saya ingin berbagi pemikiran dan pengalaman saya lewat berbagai hal. di kompasiana saya ingin belajar menulis lebih lanjut. https://www.adamafrixal.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kok Penipuan Konyol Masih Laku di Indonesia?

30 Maret 2020   06:30 Diperbarui: 30 Maret 2020   06:34 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasionalitas itu bukan tujuan utama dari kehidupan manusia itu sendiri. otak itu digunakan untuk bagaimana membuat organisme itu bisa lebih memungkinkan bertahan hidup ketimbang rasionalitas. individu-individu yang mengembangkan teori konspirasi ini ini lebih peluangnya untuk hidup lebih besar ketimbang yang konfirmasi.

Sikap irasional ini kalau diturunkan pada akhirnya akan penuhi dunia ini dengan orang-orang yang tidak rasional. 

Ini adalah otak emosi sama dengan pemain bola pemain bola pemain bola 8 jam sehari di lapangan itu dalam dalam rangka untuk melatih otak emosinya, agar dia hapal lapangan dan tahu teman satu timnya.

Kecerdasan emosi itu perlu latihan bukan dengan pendidikan kognitif. Jadi lumrah kalau hal-hal yang tidak rasional Itu dipercaya oleh manusia karena otak manusia ini hanya mempercayai apa yang ingin dia percaya.

Berita yang paling mengancam itu yang paling didahulukan ketimbang berita  menggiurkan.

Manusia seakan tidak pernah belajar dari kesalahan dan selalu mengulangnya. Dukun yang pernah ngetop di tahun 80-an 90-an itu datang dan pergi popularitasnya dan pada saat Dukun itu terbukti tidak bisa menyembuhkan pasien, bagi orang yang percaya perdukunan dia tak akan langsung berhenti ke dukun melainkan beralih ke dukun lain.

Jika tidak diimbangi dengan kecerdasan kognisi, orang yang tidak percaya akan bersilat lidah dengan segala macam bahwa yang diyakini itu benar. Jadi pendidikan kognitif ya pelajaran pengetahuan ilmiah pada dasarnya adalah untuk menyampaikan mana yang benar mana yang salah. 

Di zaman sekarang, apalagi dengan adanya sosial media anak sangat mudah terpapar hal hal yang tidak rasional. Dari pagi hingga pagi hal hal tidak rasional dibahas, dan ketika disodorkan hal hal rasional mereka akan menolaknya karena kebiasaan. Kita harus melatih mereka sejak dini.

Kita harus memulai dari latihan untuk mencerdaskan kecerdasan emosi jadi dari waktu kecil. Contohnya  anak itu dilatih latihan Bagaimana buang sampah dan beri pemahaman apa efeknya seperti banjir dan penyakit. Ajarkan untuk masukkan tanpa ke dalam tasnya, jangan malah ibunya marah-marah kalau ada sampah di tas anaknya dan menyuruh buang aja di pinggir jalan. Ajarkan juga kalau nemu barang itu nggak boleh diambil. Nilai nilai kecil ini harus ditanamkan agar anak dapat tumbuh jadi generasi yang memiliki kecerdasan emosi.

Semoga di masa depan kita memiliki generasi yang mampu berpikir dan memiliki kecerdasan emosi. Indonesia akan membasmi hoax dan tidak akan mempan sama bujuk rayu penipuan bermodus konyol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun