Mohon tunggu...
Adam Baihaqi
Adam Baihaqi Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Negeri Salatiga

Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Ada Apa di Balik Kata "Wasath" Dalam Surah Al-Baqarah Ayat 143?

25 Juni 2025   07:53 Diperbarui: 25 Juni 2025   08:36 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sebagai umat muslim yang hidup di negara toleran dan memegang teguh prinsip persatuan bangsa, kerap kali kita mendengar lantunan ayat ke-143 pada surah Al-Baqarah dari penceramah, pengajar ilmu agama di sekolah, pesantren, kampus, dan lain-lain. Ayat tersebut berbunyi

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُۗ وَمَا كَانَ الل لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

"Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia." (Q.S. Al-Baqarah: 143).

Ayat ini sering dilantunkan oleh  beberapa penceramah dan ulama di berbagai kalangan, terutama di negara toleran sebagai dalil untuk memperkuat prinsip toleransi antar umat beragama. Walaupun pada hakikatnya ayat ini memiliki beberapa tafsiran yang berbeda, tetapi kerap kita jumpai penceramah yang melantunkan dan mendalilkannya sebagai tali untuk mengikat dan memperkuat sikap moderat pada umat muslim yang hidup di antara umat-umat yang beravariasi pada satu negara atau daerah. Hal ini didasari oleh kata (wasath) yang ada pada ayat tersebut.

Jika dilihat dari kacamata sejarahnya, ayat ini turun sebagai jawaban atas kegelisahan para sahabat Nabi Muhammad pada saat pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram Makkah. Mereka merasa gelisah jika para sahabat yang telah wafat sebelum dipindahnya arah kiblat ke Makkah, ibadah salatnya tidak sempurna dan tidak sah. Kemudian turunlah ayat ke-143 dari surah Al-Baqarah yang menegaskan bahwa umat islam adalah umat yang tengah dan adil. Ayat ini turun dengan membawa kabar gembira bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan iman sahabat terdahulu, dan Allah senantiasa menerima amal-amal ibadah yang telah mereka kerjakan dengan keimanan yang tulus. Seperti yang dikatakan oleh Romadhon (2024), surah Al-Baqarah ayat 143 mengandung bahasan utama mengenai umat islam yang merupakan umat pertengahan (wasath), yaitu umat yang menjadi saksi atas pemindahan arah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, dan ayat ini menegaskan bahwa tidak adanya amal yang sia-sia di sisi Allah.

Secara umum, kata (wasath) yang berasal dari kata wasatha -- yasithu -- wasthan memiliki makna tengah-tengah atau pertengahan. Kalau kita cermati lebih dalam, makna pertengahan (wasath)  yang terkandung di dalam ayat ini sangat relevan dengan tata letaknya di dalam surah Al-Baqarah. Surah Al-Baqarah sendiri memiliki 286 ayat, dan ayat yang terletak tepat berada di tengah dari 286 ayat tersebut adalah ayat ke-143, yaitu tentang  pertengahan (wasath). Selain itu juga, Hidayat (2025) ulama tafsir Indonesia yang sangat kondang dengan julukannya sebagai UAH mengatakan bahwa kata (wasath) dalam bentuk kata kerja (isim) hanya disebutkan satu kali di dalam Alquran, yaitu pada surah Al-Baqarah ayat 143. Hal ini menjadi salah satu keistimewaan dari  kata (wasath) yang ada pada ayat tersebut.  

Tidak hanya itu, banyak para ahli bahasa terutama pakar ilmu morfologi bahasa Arab yang menyoroti kata (wasath) pada ayat ini. Ayat ini dirangkai dengan kata  (wasathun) dengan huruf sin berharakat fathah, tidak dengan menggunakan kata   (wasthun) dengan huruf sin yang berharakat sukun. Sementara itu, kosakata yang paling populer dan sering digunakan dalam percakapan sehari-hari orang Arab adalah kata (wasthun) dengan huruf sin yang berharakat sukun. Pada dasarnya, kata (wasathun) dan (wasthun) memiliki arti yang serupa, yaitu tengah atau pertengahan. Tetapi jika diulas lebih mendalam, keduanya memiliki makna yang berbeda. Kata (wasath) yang termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 143  memiliki keistimewaan tersendiri.

Kata (wasthun) dengan huruf sin berharakat sukun memiliki makna tengah atau pertengahan. Sedangkan kata (wasathun) dengan huruf sin berharakat fathah memiliki makna yang lebih kompleks, yaitu pertengahan yang letaknya tepat berada di tengah-tengah. Dalam artian, pertengahan yang dimaksud adalah tata letak tengah yang benar-benar terukur dan  akurat. Contohnya, pertengahan dari angka satu hingga lima adalah angka tiga. Sebagaimana Hidayat (2025) mengatakan bahwa kata (wasathun) menunjukkan makna tengah secara mutlak, atau posisi yang letaknya tepat berada di titik tengah. Sedangkan kata (wasthun) bermakna tengah yang letaknya tidak terukur secara tepat bahwa ia berada di titik tengah.

Senada dengan pembahasan di atas, Shihab (2022) ulama tafsir yang tak kalah masyhur di Indonesia mengatakan dalam wawancaranya bersama salah satu konten kreator YouTube bahwa makna kata (wasath) sejatinya adalah ketepatan. Tepat waktunya, tepat kadarnya, tepat masanya, dan tepat sasaranya. Hal inilah yang menjadi keistimewaan tersendiri pada penggunaan kata (wasath) dalam surah Al-Baqarah ayat 143. Dari uraian pendapat beberapa ahli tafsir Alquran tentang pemaknaan kata (wasath), kita dapat mengetahui bahwa agama islam adalah agama yang sudah diatur sedemikian rupa untuk mengarahkan umatnya supaya dapat melakukan suatu hal atau menyelesaikan sebuah permasalahan dengan mempertimbangkannya secara bijak dan tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun