Mohon tunggu...
Achnes Choirun
Achnes Choirun Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Menganalisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel "Cinta Dua Kodi" Karya Asma Nadia

22 Februari 2018   21:20 Diperbarui: 22 Februari 2018   21:22 5518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Novel Cinta 2 Kodi mengisahkan kehidupan seorang wanita yang sarat akan cobaan yang menimpa. Dapat dijumpai pula kisah cinta pada novel ini, akan tetapi mungkin sudah kerap kali kita temui pada cerita nyata pada umumnya. Novel ini sangat kental dan sangat menjunjung tinggi budaya. Meskipun demikian, sang penulis yakni Asma Nadia mengemas dengan apik novel berbau percintaan dan kehidupan yang rumit ini. Selain itu, novel ini juga mengangkat kehidupan masyarakat pada saat krisis moneter di Indonesia pada tahun 1998. 

Sang penulis sangat lihai mengolah kata kata serta urutan kejadian peristiwa dalam novel ini, sehingga membuat banyak pembaca dapat memvisualisasikan suasana yang digambarkan penulis. Novel yang berbau percintaan, politik, Islam, juga realitas kehidupan ini berhasil membuat gelombang konflik dengan jalur yang seperti di perbukitan. Secara keseluruhan, novel ini berisikan tentang lika liku kehidupan dengan berbagai penderitaan yang dialami seorang ibu sekaligus anaknya. Seperti yang tertera pada sampul belakang buku ini.

"Tapi ibu, kasih sayangnya melimpah dalam sikap dan tutur kata. Senantiasa meniupkan semangat di saat debu Bintang-seperti arti namanya-merasa lemah."

"Termasuk ketika mengambil keputusan terpenting sorang wanita, memilih imam sebagai bahu tempat bersandar, meski cuma menawarkan cinta sebanyak dua kodi'."

"Hanya, badai seolah sungkan meninggalkan bahtera Kartika yang baru saja dilayarkan. Belum genap satu purnama, matahari-nya menggoreskan luka. Begitu sembuh, luka lain telah menunggu."

Sesosok wanita yang cerita hidupnya dikisahkan dengan batu kerikil di sepanjang jalannya ialah Aryani. Dia adalah wanita yang sedang di perantauan dan bekerja sebagai seorang guru. Wanita asal Solo ini adalah sosok teladan akan kesabaran yang selalu menjadi prinsipnya. Wanita ini sangat legowo (menerima dengan lapang dada) menghadapi segala batu kerikil yang membuatnya jatuh. Cobaan yang menimpa wanita ini diceritakan seakan rangkaian kereta yang entah di mana ujungnya. Ketika satu cobaan belum selesai, cobaan lain sudah menunggu gilirannya.

"Aryani dikepung kesedihan, tahu tidak boleh terhanyut perasaan. Ia menarik napas dalam. Ini bukan saat mencari siapa yang bersalah, ini waktunya melakukan yang terbaik buat si kecil. Lebih baik memikirkan cara melampaui ujian yang Allah berikan." (hal. 66)

Suaminya bernama Bagja, seorang pria asal Sunda yang meminangnya. Pria ini terkenal akan kejujuran yang sangat tinggi sampai bisa dikatakan sebagai kelancangan.

"Atasan dan bawahanmu tidak cocok!" (Hal. 13)

"Mukamu terlihat pucat!" (Hal. 13)

"Makeup-mu ketebalan!" (Hal. 13)

Namun beberapa bulan setelah mengenal Aryani, Bagja tiba-tiba berubah sikapnya. Seakan sulap, sekedip mata semua akan berubah dari semula. Ternyata ada niat baik yang tersirat dibalik perubahan pria kelahiran Sunda ini. Bisakah cinta mengubah sifat dan kepribadian orang? Pria dengan kegigihannya yang cukup tinggi sampai mampu memutuskan hal-hal yang sulit dalam sekejap mata.

"Karena aku ingin melamarmu.  Aku ingin kamu menjadi istri dan ibu dari anak anakku." (Hal. 11)

"Bagja mungkin bisa melihat perubahan paras sang gadis. Tanpa menunggu genap seminggu, lelaki itu menghampiri dengan wajah yang serius."(hal. 16)

"Aku sudah beli tiket ke Solo untuk berdua. Aku akan melamarmu. Kita pergi malam ini" (hal. 16)

Sosok Bagja yang dibayangkan akan menjadi pengisi semangat dan kehampaan dalam dirinya dengan segala perubahan sikap dan sifat, hanyalah perubahan sementara. Entah drama apa yang sedang Bagja rencanakan untuk Aryani. Bukan sebagai sandaran hidup yang dibayangkan sebelumnya, namun malah menjadi gerbong gerbong kereta yang menyambung kereta cobaan Aryani.

"Kenapa Aryani  tidak menyadari? Sedemikian kentara keangkuhan. Kenapa terlena? Kenapa pula dia tanggalkan naluri padahal itu senjata perempuan paling ampuh?" (hal. 40)

Selain Aryani dan Bagja, sosok Kartika yang cukup sering muncul di novel ini juga memberikan corak yang semakin memperindah cerita. Kartika digambarkan sebagai gadis yang diwarisi lika liku kehidupan serta pahitnya kisah cinta dari sang Ibu. Sejak kecil, dia diperlakukan tidak adil dari sang ayah. Dia selalu mendapat perlakuan yang berbeda dengan kakak kakak lelakinya. Untungnya, dia juga diwarisi sifat sabar yang tiada tara dari sang ibu pula.

    "Kakak mu juara umum, bukan Cuma di kelas!"(hal. 85)

    "jelaslah ia bukan anak kebanggaan papa."(hal. 85)

    "Walau begitu si gadis kecil tak menyerah. Tetap berusaha keras mencapai prestasi yang membanggakan, demi mendapat pujian papa. Namun deret keberhasilan yang diraih tak kunjung menghadirkan belaian sayang." (hal. 85)

Kartika juga diwarisi sifat dari sang ayah. Segala cara akan dicoba olehnya untuk mewujudkan mimpinya. Iya, Kartika terkenal dengan sifat gigih sama seperti ayahnya.

"Hari-hari berikutnya sepasang suami istri itu bekerja makin keras. Kartika melihat potensi besar, hingga otaknya selau berpikir untuk mengembangkan usaha, mencari pemasok dan pasar baru. Bahkan Farid, sebagai laki-laki nyaris tidak kuat mengikuti ritme kerja Kartika yang sangat keukeuh mengejar target."(hal. 269)

Berbeda sedikit dengan sang ibu yang hanya mengalami indahnya kisah cinta antara dua insan sebelum ikatan suci diucapkan. Gadis cantik ini, telah memiliki pasangan dan menjalani hubungan selama belasan tahun. Berharap agar tidak sembrono lagi dalam memilih pasangan hidup seperti ibunya. Namun, takdir Tuhan berkata lain. Dia juga mengalami masa pahitnya hidup yang telah terikat oleh janji suci sebuah pernikahan.

"Ibu minta Uda menceraikan kamu." (hal. 223)

"Kartika tercengang. Beberapa  saat tak sanggup barkata-kata. Farid sendiri kehilangan keberanian menatap wajah pasangannya." (hal. 223)

"Kejadian berulang kembali, kejutan yag disampaikan Kartika dikalahkan Farid. Dia selalu berhasil membuat kejutan lebih besar, namun sama sekali bukan seperti yang diharapkan. Malah menyesakkan dada." (hal. 223)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun