Mohon tunggu...
Achmad Siddik Thoha
Achmad Siddik Thoha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar dan Pegiat Sosial Kemanusiaan

Pengajar di USU Medan, Rimbawan, Peneliti Bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Mitigasi Bencana, Aktivis Relawan Indonesia untuk Kemanusiaan, Penulis Buku KETIKA POHON BERSUJUD, JEJAK-JEJAK KEMANUSIAAN SANG RELAWAN DAN MITIGASI BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM. Follow IG @achmadsiddikthoha, FB Achmad Siddik Thoha

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Persahabatan itu Seperti Makan Kerupuk

15 Juni 2015   13:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan siang ini seperti biasa saya mempir ke warung langganan saya di Jalan Rumah Sakit II dekat Rumah SAkit PMI Bogor. Setiap makan satu yang selalu saya ingat yaitu Kerupuk. Menu paling murah tapi menjadi penambah kenikmatan makan selain berdoa agar makanan yang dimakan berkah dan jadi kuat ibadah. Tanpa Kerupuk, pikiran saya melanglang buana sedikit melupakan apa menu yang sedang dimakan. Rada aneh memang. Tapi saya gitu mah orangnya. Gak ada Kerupuk gak rame.

Ternyata kesukaan makan ini bisa menular ke keluarga saya. Anak saya ketiga, laki-laki, bukan hanya ikut-ikutan suka makan krupuk. Malah, seringkali dia makan dengan nasi putih plus Kerupuk tanpa ada lauk lainnya. Haduh, gawat nih. Tapi anak saya begitu menikmati rasa, suara dan sensasi kriak-kriuk di dalam mulutnya. Anak saya itu gitu mah orangnya.

Kriuk….

Pertama kali dalam sesi makan Kerupuk, bunyi kriuk menjadi syarat berlangsungnya kebersamaan dalam makan hingga tuntas. Apapun rasa Kerupuk, asal tetap renyah dan mengeluarkan bunyi, makan terasa nikmat dan bersemangat. Begitu juga dalam persahabatan, apapun latar belakang kita, suasana segar, renyah, rame dan segar diperlukan untuk merawat kebersamaan sampai akhir hayat. Canda tawa, pengalaman unik, rasa humor dan kegiatan menyegarkan akan membuat persahabatan serasa renyah tidak membosankan. Itulah yang ditunjukkan Kerupuk, rasa apapun tidak akan nikmat bila sudah tidak renyah alias melempem.

Kriuk…

Satu gigitan Kerupuk lagi membuat lidah saya merasakan sensasi berikutnya yaitu rasa Kerupuk. Kerupuk ada yang dibuat dengan rasa ikan, rasa udang, rasa asli dan rasa lain. Rasa Kerupuk ini membuat selera makan semakin lahap. Seperti dalam persahabatan, bila ada bumbu pengikat dan penyedap, persahabatan serasa makin melekat dan nikmat. Makan bisa nambah saking enaknya rasa Kerupuk di lidah dan sensasi kriuk. Rasa dalam persahabatan diperlukan untuk memperbaharui persahabatan dan meningkatkan manfaat. Rasa yang terus diperbaharui akan membuat kita makin dalam memaknai persahabatan. Persahabatan perlu diberi rasa saling peduli, saling menghargai, saling membantu, saling percaya dan saling berlapang dada. Rasa-rasa itu tidak hanya membuat persahabatan menjadi semakin kuat tetapi juga sangat produktif.

Kriuk…

Gigitan krupuk berikutnya mungkin berlangsung ketika nasi dan lauknya habis. Krupuk dimakan tanpa nasi dan lauk pauk. Ketika krupuk terus dimakan tanpa nasi dan lauk, lama kelamaan kerongkongan tersekat karena minyak dan terasa eneg. Kalau sudah begitu harus segera minum agar minyak di kerongkongan terhanyut ke dalam perut. Nah, dalam kondisi tidak berkumpul dengan sahabat, awalnya memang enak, namun lama kelamaan jadi tidak enak. Sampai-sampai mengusir rasa tidak enak itu dengan sesuatu yang lain. Ada kalanya kita ingin menyendiri, mengurusi diri sendiri, tidak ingin diganggu dan alasan lainnya. Ternyata menyendiri terlalu lama membuat kita kesepian sehingga akhirnya kesegaran itu tetap diperlukan. Kita butuh “air” yaitu sahabat-sahabat kita agar suasana kembali nyaman. Gitu kali yah J

Kriuk…

Bila dilihat bahan-bahannya, sebagian besar Kerupuk yang dijual kandungan gizinya tidaklah tinggi. Kandungan gizi yang terbilang rendah tidak menjadikan Kerupuk sama sekali tak bermanfaat bagi tubuh. Selera makan yang meningkat justru membantu seseorang untuk bisa memenuhi kebutuhan fisiknya dari makan. Asalkan Kerupuk dimakan bersama makanan pokok yang bergizi, ia telah berjasa mendorong seseorang mau makan demi memenuhi kebutuhannya. Demikian dalam persahabatan, teman yang statusnya “rendah” baik dari sisi pendidikan, sosial maupun ekonomi tetap akan bermanfaat karena seringkali menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu ingat dengan kewajiban-kewajiban kita pada Tuhan dan sesama manusia. Ada sahabat kita yang miskin, tapi ia rajin beribadah dan menolong sesama. Ia justru mengingatkan kita bahwa apapun kondisinya kewajiban berbuat baik tetap harus dilakukan. Keren nih Kerupuk. Murah tak berarti murahan. Rendah gizi tidak berarti enggan diabaikan, bahkan sebaliknya membantu selera.

Kriuk…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun