Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Ti Ji Ti Beh" Menghadapi Pandemi

26 Maret 2020   02:30 Diperbarui: 26 Maret 2020   17:54 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Situasi dan kondisi membuat kita harus berpikir ulang, menimbang baik buruk, menghitung kembali manfaat dan mudlorot secara sosial," ungkap Fikri.

"Jadi, keputusannya bagaimana?" tanya saya.

"Ya diundur hingga batas waktu yang belum bisa ditentukan."

Salut dan Angkat Topi
Apa yang saya ceritakan di atas baru satu poin "kekaguman" terhadap sikap peduli anak-anak muda. Sementara tidak sedikit pemuda seusia mereka yang gagah berani---atau maaf, jahil murokkab---mengatakan, "Nyawa Gue di Tangan Tuhan, Bro!"

Poin kedua, Fikri dan kawan-kawan menjadi penggagas penyemprotan desinfektan di kampung kami. "Nah, itu keren!" spontan saya meresponsnya. Bahkan, mereka telah nyicil melakukan penyemprotan di masjid dan mushola.

Yang membuat saya terperanjat dan ini poin ketiga, selain aksi nyata itu, mereka memiliki keterpanggilan untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat di tengah suasana pandemi. Saya yakin pemuda di desa yang lain juga memiliki kepedulian. Namun, kepedulian dan aksi nyata anak-anak muda di kampung saya sungguh di luar ekspektasi. Saya salut dan angkat topi.

Tiji Tibeh
Kehidupan kita memang tengah dilanda oleh overload berbagai macam virus---mulai virus egoisme, virus fanatisme golongan, virus ketidakseimbangan berpikir, virus yang penting "Saya kaya", virus yang penting "Saya terkenal dan berkuasa", virus dehumanisasi kepicikan, kesempitan, kedangkalan dan sebaginya.

Dalam kondisi "sakit parah" itu muncul antibodi bernama SARS-CoV-2 . Dari posisi pandang SARS-CoV-2, kedangkalan peradaban yang kita bangun justru itulah penyakitnya. Kini, ia bekerja melawan overload virus yang bisa meruntuhkan sendi kehidupan kita.

Tubuh pergaulan sosial kemanusiaan mulai memperbaiki mekanisme kerjanya. Pelan namun pasti tumbuh kesadaran berbagi. Muncul sikap setia kawan kemanusiaan. Tumbuh tunas kebersamaan. Bersemi bunga senasib lintas agama dan golongan.

Perjuangan masih panjang. "Sel-sel" pola pikir dan pergaulan yang bebal, cuek, tidak peduli, sarat egoisme tengah direkonstruksi ulang.

Doa harapan saya, dan kita semua, adalah Tiji Tibeh: bukan Mati Siji Mati Kabeh---melainkan Mukti Siji Mukti Kabeh. Semoga.[]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun