Mohon tunggu...
Achmad Saifullah Syahid
Achmad Saifullah Syahid Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

orang-orang cahaya berhimpun di dalam tabung cahaya, tari-menari, di malam yang terang benderang sampai fajar menjelang di cakrawala.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menggugat Tradisi Berpikir ala Sekolah

30 September 2019   14:01 Diperbarui: 30 September 2019   16:00 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Kalau Anda menjadi guru sekolah dasar, apa jawaban yang Anda pikirkan ketika mendapati soal seperti ini. "Reza merasa...memiliki seorang sahabat".

Titik-titik tersebut bisa diisi beberapa kata yang sesuai, misalnya senang, bahagia, beruntung. Siswa kelas satu sekolah dasar mungkin lebih akrab dengan dua kata, senang dan bahagia, ketimbang kata yang terakhir.

Namun, apa yang terjadi? Jawaban kata "senang" dan "bahagia", dinyatakan kurang tepat atau minimal skor nilainya dikurangi.

Yang benar dan mendapat skor penuh adalah jawaban "beruntung". Apa sebab? Jawaban tersebut tercantum secara tekstual di buku pelajaran. Jadi, jawaban yang benar menurut guru adalah apabila sesuai dengan yang tertulis di buku pelajaran.

Saya tergelitik sekaligus gemas. Saya membatin, "Seperti inikah 'bencana' kemiskinan nalar sehat dimulai?"

Kaidah bentuk soal "isilah titik-titik" seharusnya hanya memiliki satu jawaban saja. Tidak boleh ada pilihan lain. Misalnya, "Presiden pertama Indonesia adalah..." atau "Persatuan Indonesia adalah sila Pancasila ke..."

Tidak bisa beberapa kata yang memiliki nilai kebenaran yang sama dijadikan jawaban pada soal isian. Misalnya, "Kita memberikan sedekah kepada..." Jawabannya memiliki beberapa kemungkinan: orang miskin, yatim piatu, pengemis, peminta-minta.

Atau "Ibu Kartini dilahirkan di..." Kemungkinan jawabannya bisa Jepara, Jawa Tengah, Indonesia, atau malah diisi kamar tidur.

Bentuk soal isian ini tergolong favorit karena sering ditampilkan di lembar ujian. Sayangnya, jawaban dari soal isian cenderung tekstual. Siswa hanya melakukan recognizing dan recalling facts. Tingkat terendah dari Taksonomi Bloom.

Cara berpikir tekstual diajarkan kepada siswa sejak kelas satu sekolah dasar. Kemudian berlanjut hingga jenjang yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun