Mohon tunggu...
Achmad Najib
Achmad Najib Mohon Tunggu... Pengacara - Profesi Advokat/Pengacara/Konsultan Hukum

Hobi Berdiskusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilema Pesta Pernikahan Impian: Ketika Gengsi Lebih Besar dari Isi Rekening, Utang Jadi Jalan Keluar, Gali Lubang Tutup Lubang

17 Mei 2023   10:40 Diperbarui: 17 Mei 2023   10:48 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pernikahan Mewah. Sumber gambar : WeddingMarket

Apalagi anggapan bahwa tidak menggelar pesta setelah menikah bisa berarti sang pengantin wanita telah hamil duluan, sehingga pihak keluarga malu untuk menunjukkannya di muka umum.

Duh, sadis memang penghakiman dari masyarakat kita. Bisa jadi, alasan orang tua ngotot untuk menggelar pesta pernikahan walau tidak memiliki dana memadai adalah menghindari gunjingan tetangga.

Pesta pernikahan adalah investasi

Entah darimana persepsi menyesatkan ini datang. Pesta pernikahan dianggap sebagai investasi. Kado atau amplop dari tamu undangan diharapkan mampu menambal kosongnya pundi-pundi keuangan pasca pesta pernikahan.

Contoh nyatanya adalah tetangga saya pribadi, seorang Pengusaha, yang menyelenggarakan 3 pesta pernikahan dalam kurun waktu 2 tahun.

Mengingat statusnya sebagai seorang Pengusaha, pesta untuk anak-anaknya ini terhitung cukup meriah. Mengundang hiburan band, menyewa panggung dan tenda, belum lagi ratusan kilo ayam dan daging serta menu lainnya.

Hasilnya ? ia jatuh bangkrut. Petugas bank, tetangga, dan orang-orang silih berganti mendatang rumahnya untuk menagih hutang.

Usut punya usut, ternyata si boss meminjam uang dari tetangga dan bank untuk membiayai pernikahan. Dengan harapan amplop dari tamu undangan, akan cukup untuk mengganti semuanya dan menutupi ongkos untuk membayar tukang masak dan biaya lain-lain.

Kebiasaan berutang

Yups, satu kebiasaan jelek yang menjamur dimana-mana. Terlebih di era digitalisasi kemudahan berutang makin meninabobokan masyarakat. Mulai dari pinjaman tanpa agunan hingga pinjaman bermodal sertifikat, semua bisa dijumpai dengan mudah.

Di lain sisi, pesta pernikahan membutuhkan biaya besar. Sebut saja biaya gedung, catering, undangan, hiburan. Lain cerita jika menikah lalu mengadakan resepsi secara sederhana, mengundang kerabat dan teman terdekat, jamuan terbatas, dan menu sederhana.

Terutama di kota-kota besar, dimana pernikahan menggunakan jasa EO atau vendor. Parahnya, tanpa persiapan keuangan yang matang, hutang menjadi pintu keluar bagi sebagian orang.

Banyak kejadian di sekitar penulis sendiri, setelah pesta pernikahan maka tagihan hutang pun berdatangan. Entah itu dari vendor, bank, atau personal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun