Mohon tunggu...
Achmad Zulfikar
Achmad Zulfikar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Data, Bola, Astrofisika

Penggemar sepak bola dan NBA. Sedang mendalami data science dan data analysis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tentang Ramalan dan Pemanasan Global yang Memenangkan Nobel Fisika 2021

5 Oktober 2021   20:23 Diperbarui: 5 Oktober 2021   20:30 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemenang Penghargaan Nobel Fisika 2021. Source:Twitter.com/NobelPrize

Ramalan. Kata ini biasanya berada dalam satu kalimat bersama banyak kata negatif seperti mustahil, tak masuk akal, atau bahkan sampai ke kata penipuan maupun kejahatan. Wajar memang, karena masa depan sendiri bukanlah sesuatu yang bisa dipastikan hanya dengan sekali lihat. Ketika saya masih kecil, ada seorang peramal terkenal yang menyatakan sebuah mall besar di tanah kelahiran saya akan mengalami bencana besar. Kala itu kebetulan baru saja ada peresmian mall besar di pusat kota, sehingga apa yang diucapkan peramal tersebut menjadi bahan pergunjingan banyak orang. 

Namun setelah dipikir-pikir, peramal tersebut melihat masa depan dengan kacamata yang sangat buram (vague). Bagaimana tidak, ia hanya berbicara tentang sebuah bencana, tapi tidak menjelaskan apakah bencana tersebut adalah bencana fisik seperti keruntuhan, atau bencana fiskal seperti kebangkrutan. Selain itu ia juga tidak berbicara tentang skala waktu terjadinya bencana tersebut, sehingga apabila 50 tahun kemudian tiba-tiba mall tersebut mengalami sebuah bencana, ia bisa saja tiba-tiba mengklaim “Kan dulu sudah saya bilang (I told you so)”. Oleh karena itu, saya tidak terlalu percaya dengan apa yang ditasbihkan sebagai sebuah ramalan.

Namun, ada satu jenis ramalan yang masih saya tanggapi secara serius. Ramalan tersebut adalah ramalan sains atau mereka yang bergelut di bidang penelitian lebih suka meyebutnya sebagai prediksi. Ramalan ini muncul bukan dari penglihatan masa depan secara tiba-tiba, melainkan dari pengamatan sekaligus percobaan yang dilakukan secara hati-hati dan berulang kali sampai terlihat sebuah pola yang akan digunakan sebagai acuan untuk menentukan masa depan. 

Contoh mudahnya, jika sebatang pohon diamati tumbuh 1 cm di bulan pertama ia dibangun, 2 cm di bulan kedua, 3 cm di bulan ketiga, 4 cm di bulan keempat maka seberapa besar pohon tersebut di tahun kesepuluh bisa diramalkan. Tentu saja itu adalah contoh mudahnya.

Lalu, bagaimana jika ramalan tersebut salah? Tidak perlu khawatir, karena ramalan sains berbeda dari ramalan biasa. Dari kacamata sains, semua orang bisa menjadi peramal. Karena itu suatu persoalan dapat mempunyai banyak ramalan, dan hanya waktu yang bisa menjawab ramalan siapa yang paling benar. 


Mengambil lagi dari contoh pertumbuhan pohon di atas, bisa jadi pengamatan oleh orang lain menunjukkan di bulan keempat pohon tumbuh sebesar 5 cm, dilanjutkan dengan 8 cm, 13 cm, dan seterusnya untuk bulan-bulan selanjutnya. Dua pengamatan yang sangat mirip akan menjadi ramalan yang sangat berbeda di masa depan.

Banyak ramalan sains di masa lalu yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Namun, banyak pula ramalan yang bukan hanya sesuai, tetapi juga membuka kemungkinan munculnya ramalan-ramalan yang lebih advance. Salah satu contohnya, sore hari ketika tulisan ini dibuat, berhasil dinobatkan sebagai pemenang penghargaan Nobel bidang fisika tahun 2021. 

Ramalan ini muncul dari peneliti Princeton University berkelahiran Jepang, Syukuro Manabe di tahun 1960-an serta Klaus Hasselmann dari Max Planck Institute Jerman satu dekade kemudian. Satu peneliti lagi yakni Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italia berhasil merumuskan teori matematis dari sistem kompleks di tahun 1980-an. Penelitian ketiga profesor tersebut hingga kini banyak digunakan sebagai fondasi dari berbagai ramalan sains tentang topik yang sudah banyak sekali dibahas di berbagai kalangan usia, yakni pemanasan global.

Konferensi pers ketiga profesor setelah diobatkan sebagai pemenang Nobel Fisika 2021. Source:Jonathan Nackstrand/Agence France-Presse — Getty Images 
Konferensi pers ketiga profesor setelah diobatkan sebagai pemenang Nobel Fisika 2021. Source:Jonathan Nackstrand/Agence France-Presse — Getty Images 

Syukuro Manabe mengawali keberhasilan penelitian terkait pemanasan global dengan menemukan pola kadar karbon dioksida yang meningkat di atmosfer bumi akan memicu kenaikan temperatur yang ada di permukaan bumi. Penemuan tersebut masih banyak digunakan sebagai fondasi dari penciptaan ramalan berkaitan dengan iklim bumi hingga saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun