Aku hanyalah pendatang
Seperti angin di lembah yang mencari dedaunan
Agar mereka dapat terbang
Seperti hatiku, setiap kali kau datang
Sudah hampir sebulan, film Rompis masih tayang di beberapa bioskop daerah yang ada di Indonesia. Sebut saja di Purwokerto (Rajawali Cinema), Sidoarjo (New Star Cinema), Tegal (Gajah Mada Cinema). Cirebon (CSB XXI dan CGV Grage City Mall), dan Padang (Plaza Andalas XXI). Kualitas akting para pemeran dalam menerjemahkan roman picisan memang di luar ekspetasi penonton film bergenre romance comedy ini.
Banyak penonton dari kalangan anak zaman now yang jatuh cinta dengan film RomPis. Rasanya mereka lihat realita yang ada di sekitar sehingga dekat dengan keseharian. Cocokologi ibaratnya jika film ini tayang dalam format layar lebar yang sesuai dengan segmentasi penonton bioskop perfilman Indonesia dari kalangan milenial.
Para pemeran dinilai berhasil mencampur aduk emosi penonton. Dialog mengalir dan ditulis berdasar plesetan-plesetan atau bahasa gaul anak-anak kekinian. Ada lucu, sedih, dan bahagia yang mengungkap kejujuran tentang apa itu cinta. Penulis sempat berpikir, apakah film Rompis merupakan saingan dari film Dilan?
Nyatanya tidak. Film Roman Picisan yang disutradarai oleh Monty Tiwa bukan berisi kumpulan cerita rayuan gombal. Dibawah naungan tim produksi MNC Pictures, Rompis punya rumus tersendiri untuk meracik kisah cinta di luar negeri yang menghipnotis penonton. Penulis merasa cukup mendapat romansa saat menonton film ini bersama KOMIK (Kompasianer Only Movie enthusiast Klub) di CGV Grand Paragon Mall, Jakarta Barat.
Kisah cinta muda mudi yang posesif mungkin sudah berlalu. Hal itu hanya membuat kita halu sebagai tricky of love dengan membakar api cemburu yang menusuk kalbu. Apalagi jika long distance relationship (LDR) menjadi opsi untuk saling mengasihi. Tapi, RomPis bukanlah melodrama yang memaksa penonton untuk meneteskan air mata. RomPis mengajak para penonton untuk memahami apa artinya cinta dan memaknai ada rasa takut jika kehilangan itu menjadi nyata.
RomPis sebuah akronim dari Roman Picisan yang diangkat dari tayangan layar kaca ke dalam format layar lebar. Film ini bercerita tentang Roman (Arbani Yasiz) dan Wulandari (Adinda Azani) yang masih menjalin cinta sejak lulus SMA. Konon kata-kata puitis dari Roman yang mampu membuat Wulan bertahan meski status hubungannya tak pernah terjelaskan.
Perbedaan jarak antara Jakarta dan Belanda harus mereka tempuh karena studi yang harus diselesaikan oleh Roman sebelum target menuju gerbang pernikahan bersama Wulan. Nyatanya, halangan percintaan kedua anak manusia keturunan Adam dan Hawa ini masih menyimpan liku. Mereka belum memiliki ikatan. Apalagi Roman sadar bahwa Ia hanya seorang pria dari latar belakang keluarga melarat yang berbeda jauh dengan Wulan yang katanya keturunan ningrat.
