Perkembangan selanjutnya, Mataram ingin berdamaik dengan Bali. Bukti niat baik Mataram itu dengan memberikan hadiah berupa kuda pada Panji Sakti. Tetapi, Panji Sakti yang hilang semangatnya untuk menjadi raja Buleleng sesudah putra kesayangannya gugur di medan perang itu lebih memilih turun tahta dan melanjutkan hidup sebagai pertapa. Paska pemerinthan Panji Sakti, kerajaan Mengwi dengan penguasa Anak Agung Putu mulai eksis. Semasa menjalankan pemerintahnya, Anak Agung Putu menjaling persahabatan dengan bangsawan-bangsawan Blambangan pro Bali.
Manakala VOC mulai menunjukkan kekuasaan di Jawa, Bali mulai berinteraksi dengan para pedagang Belanda. Bali pun kemudian pecah menjadi kerajaan-kerajaan yang saling bersaing secara militer. Akibatnya, perang tidak hanya terjadi antar kerajaan, namun antara kerajaan dengan desa yang kuat.
Untuk membiayai perang, raja-raja Bali mulai mengekspor budak dari orang-orang penunggak pajak, para pemberontak taklukkan, dan para prajurit musuh yang tertangkap. Sehingga pada waktu itu, Bali menjadi lumbung budak yang siap menyuplainya melalui orang-orang Bugis.
Karena berpengalaman di bidang militer, budak-budak dari Bali direkrut sebagai tentara kolonial dalam politik ekspansinya. Selain itu, budak-budak dari Bali sangat piawai memasak daging babi. Pada masa inilah, Untung dengan nama asli Surawiraaji itu menjadi salah seorang budak kecil yang dijual oleh raja Bali pada bangsa kolonial. Diperkirakan bahwa Untung menjadi budak karena turut menanggung Raden Panji Wanayasa ayahnya yang merupakan penunggak pajak, pemberontak, atau prajurit kalah perang.
Menjadi BudakÂ
Disinggung di muka bahwa Untung Surapati menjadi budak semasih berusia tujuh tahun. Menurut sumber, Untung Surapat merupakan budak Pieter Cnoll.[1] Sesudah Pieter Cnoll meninggal, Untung dilimpahkan pada Cornelis Cnoll yang kejam dan bengis. Karena itulah, Untung yang sakit hati pada majikannya itu melarikan diri hingga menjadi buron VOC.Â
Menurut sumber yang lain bahwa Untung semula dijual oleh Kapten van Berber dari Makassar. Bila mengacu suatu pendapat bahwa orang-orang Bugis merupakan penyalur budak dari Bali pada bangsa kolonial, dimungkinkan van Berber membeli Untung dari orang Bugis. Oleh van Berber, Untung dijual kepada Kapten Edele Heer Moor di Batavia.
Pendapat bahwa Untung menjadi budak pada Kapten Moor dikisahkan di dalam Babad Tanah Jawa, pupuh Dhandhanggula 8, jilid 14, bagian 84, sebagai berikut:
Nenggih wonten winursita malihÂ
kapitan Emur ing Batawiyah Â
adarbe tetukon rare Â
lagya mur pitung taun Â