Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Singhasari antara Mitos dan Fakta

27 Juni 2019   05:27 Diperbarui: 27 Juni 2019   05:36 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situs Singhasari, https://vignette.wikia.nocookie.net 

Sebelum naik tahta, Ranggawuni yang mendapat dukungan Mahisa Campaka harus menyingkirkan Tohjaya dengan cara membunuhnya. Namun pendapat Serat Pararaton tersebut bertentangan dengan prasasti Mulamalurung. 

Menurut prasasti tersebut, Ranggawuni yang dikenal dengan Seminingrat menyatukan Kadiri dan Tumapel sesudah Tohjaya mangkat. Sebagai pengganti Tohajaya, Seminingrat mengangkat Kertanagara putranya sebagai raja Kadiri. Sesudah Seminingrat mangkat, Kertanagara menjadi raja di Singhasari.

Akan tetapi fakta sejarah yang dikuak dalam prasasti Mulamalurung tersebut bertentangan dengan Kidung Harsawijaya. Menurut naskah tersebut, Kertanagara bukan pewaris sah Singhasari, melainkan Harsa Wijaya yang menurut Serat Pararaton dikenal dengan Raden Wijaya. Sementara, naskah tersebut tidak mengakui keberadaan Ranggawuni, Seminingrat, atau Wisnuwardhana; melainkan Narasingha (ayah dari Harsa Wijaya). Dengan demikian, raja Singhasari sebelum Kertanagara adalah Narasingha.

Dari paparan di muka hendaklah menjadi pedoman di dalam menuliskan sejarah Singhasari secara faktual dan bukan cenderung berorientasi pada mitosnya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca sejarah Singhasari mendapatkan atau mendekati kebenarannya. Bukan sejarah Singhasari yang disesatkan karena intervensi politis dari beberapa pihak pemangku kepentingan tertentu. [Sri Wintala Achmad]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun