MAJAPAHIT merupakan kerajaan di tanah Jawa yang dikenal dengan Wilwatikta. Kerajaan yang didirikan oleh Dyah Wijaya (Prabu Kertarajasa Jayawardhana/Nararya Sanggramawijaya Sri Maharaja Kertajasa Jayawardhana) di wilayah Tarik (Majakerta) pada tahun 1239 tersebut pernah mengalami awal kejayaan pada era pemerintahan Tribhuwana Wijayatungggadewi (1328-1350) dengan Mahapatih Amangkubumi Gajah Mada. Adapun, puncak kejayaan Majapahit sewaktu diperintah oleh Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389.
Pada masa awal hingga puncak kejayaan Majapahit, menurut para sejarawan tidak bisa dilepaskan dengan peran Gajah Mada. Namun awal masa surut Majapahit pula dikarenakan tindakan ambisius Gajah Mada yang membunuh Maharaja Prabu Linggabuanawisesa (raja Sunda) beserta rombongan pengantin dari Sunda dalam Perang Bubat pada tahun 1357.Â
Akibat tindakan gegabah tersebut, Gajah Mada dijauhkan oleh Hayam Wuruk atau mengundurkan diri dari urusan politik istana Majapahit. Sejak itu, Majapahit berangsur-angsur mengalami masa surut yang dimulai sejak Perang Paregreg, perang saudara, hingga hancurnya Majapahit karena serangan Kesultanan Demak pada tahun 1527.
Dari uraian di muka memberikan kesan bahwa masa awal kejayaan dan masa surut Majapahit adalah masa awal kejayaan dan masa surut Gajah Mada. Sehingga Gajah Mada senampak sebagai faktor penentu terhadap nasib Majapahit pada era keberadaannya sejak sebagai kerajaan paska Singhasari atau Daha (1239) hingga masa Kesultanan Demak (1527).
Karena keberadaannya dalam sejarah Majapahit tidak dapat dipandang sebelah mata, maka mengenal lebih jauh mengenai Gajah Mada menjadi sangat penting.Â
Agar mengenalnya dapat secara obyektif, maka saja kajian Gajah Mada yang hidup pada masa pemerintahan Jayanagara (1309-1328), Tribhuwana Wijaya Tunggadewi (1328-1350), dan Hayam Wuruk (1350-1389) di Majapahit tersebut bukan hanya menyoal mengenai sisi positif, melainkan pula sisi negatifnya. Pengertian lain, mengenal sisi gelap (hitam) dan putih (terang)-nya Gajah Mada.
Gajah Mada Semasa Pemerintahan Jayanagara
Paska pemerintahan Dyah Wijaya pada tahun 1309, Jayanagara (Anantawikramottunggadewa Sri Maharaja Wiralandagopala Sri Sundarapandya Dewa Adiswara) naik tahta sebagai raja Majapahit kedua.Â
Sebagaimana pemerintahan Dyah Wijaya, pemerintahan Jayanagara pula diwarnai berbagai pemberontakan di dalam merebut tahta kekuasaan Majapahit.
Pemberontakan yang muncul pada era pemerinthan Jayanagara dimulai dari pemberontakan Nambi yang mendapat  dukungan Aria Wiraraja, Pamandana, Pawagal; pemberontkan Ra Semi; pemberontakan Ra Kuti yang mendapat dukungan Ra Yuyu dan Ra Tanca. Sewaktu melakukan pemberontakan, Ra Kuti bergabung dengan Winehsuka.