Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gunung Slamet Meletus, Pulau Jawa Terbelah adalah Mitos

6 Maret 2018   23:05 Diperbarui: 6 Maret 2018   23:27 6537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TANAH Jawa memiliki banyak gunung berapi baik masih maupun tidak aktif.Salah satu gunung berapi di tanah Jawa yang masih aktif adalah Gunung Slamet. Gunung yang berketinggian 3.432 meter ini berada di wilayah perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Pemalang. 

Gunung Slamet yang memiliki empat kawah masih aktif merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah atau tertinggi kedua di Pulau Jawa.

Di kaki Gunung Slamet, terdapat tempat wisata yang tersohor yakni Baturaden. Tempat wisata yang memiliki air terjun ini akan sepi pengunjung, bila Gunung Slamet menunjukkan aktivitasnya yang mengkhawatirkan semua orang. Terutama mereka yang tinggal lerengnya. 

Mengingat bila terbatuk-batuk, Gunung Slamet akan menghujani abu, pasir, atau kerikil di kawasan terdekatnya. Termasuk Baturaden.

Berkaitan dengan meletusnya Gunung Slamet, terdapat mitos yang berkembang di masyarakat. Mitos tersebut mengatakan kalau Gunung Slamet meletus, maka terbelahlah Pulau Jawa. 

Namun mitos tersebut belum terbukti kebenarannya. Karena sewaktu Gunung Slamet Meletus pada tahun 1772 dan 2009, terbukti Pulau Jawa tidak terbelah menjadi dua bagian.

Selain terkenal dengan mitosnya, Gunung Slamet dikenal kemistisannya. Karenanya, Gunung Slamet tidak digunakan sebagai tujuan pendakian. Kebanyakan orang yang mendaki Gunung Slamet bukan untuk menaklukannya, melainkan untuk memenuhi tujuan spiritualnya seperti mendambakan hidup yang selamat.

Berbicara perihal Gunung Slamet tidak hanya sebatas pada mitos dan kemistisannya, melainkan melebar pada misterinya. Kemisteriusan Gunung Slamet dibuktikan dengan beberapa tempat yang dipercaya masyarakat sebagai hunian makhluk astral. 

Tempat-tempat tersebut, antara lain: Pasar Hantu (sebagaimana Pasar Bubrah di Gunung Merapi), sepasang pohon besar yang merupakan pintu gerbang kerajaan jin, Puncak Surono, Pos Samarantu, dan Air Terjun Guci.

Sumber: bacaterus.com
Sumber: bacaterus.com
Sumber: bacaterus.com
Sumber: bacaterus.com
Selain tempat-tempat yang diyakini sebagai hunian makhluk astral, Gunung Slamet pula menjadi hunian manusia kerdil. Konon manusia kerdil itu semula seorang pendaki yang tesesat saat mendaki Gunung Slamet. Untuk memertahankan hidupnya, pendaki itu memakan dedaunan dan bertingkah layaknya binatang. Bila bertemu dengan pendaki, manusia kerdil itu selalu berlari menuju tempat persembunyiannya.

Sungguhpun Gunung Slamet diyakini sebagai negeri makhluk astral, namun sebagai manusia yang percaya dengan kekuasaan Tuhan hendaklah tidak gentar untuk mendakinya. 

Pendakian akan selamat bila tidak melakukan tiga hal, yakni: berbuat maksiat, berkata jorok, dan buang air sembarangan. Selain itu, memohon keselamatan pada Tuhan sebelum melakukan pendakian ke Gunung Slamet merupakan persyaratan mutlak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun